Liputan6.com, Jakarta Bencana adalah sesuatu yang akrab dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Baik bencana alam maupun bencana yang tidak alami seperti kecelakaan pesawat, mobil, hingga ledakan bom pernah terjadi di negeri ini. Lalu, untuk mengidentifikasi jenazah korban bencana salah satu bagian tubuh terpenting untuk diperiksa adalah gigi selain DNA dan sidik jari.
"Saat jenazah tak bisa dikenali gigi masih bisa dikenali," terang dokter forensik odontologist Pusdokkes POLRI AKBP drg. Ahmad Fauzi, MM, GDFO saat bertandang ke redaksi Liputan6.com pada Senin (13/10/2014).
Advertisement
Ia menyontohkan pada saat tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri mengidentifikasi bencana Pesawat Sukhoi, salah satu wartawan yang meninggal teridentifikasi lewat gigi. "Kita cari fotonya di Facebook saat ia tersenyum lalu kita lanjutkan dengan serangkaian proses komputer, ternyata benar," ujar dokter Fauzi yang juga anggota tim DVI.
Tak hanya saat jenazah tak bisa dikenali, jenazah yang sudah dalam bentuk kerangka pun bisa teridentifikasi dari gigi. "Dalam kasus ABG Jonggol juga teridentifikasi lewat gigi," ujar dokter lulusan kedokteran gigi forensik Adelaide, Australia ini.
Saat itu, identifikasi gigi sudah diketahui lebih awal dibandingkan DNA. Saat hasil DNA sudah ditemukan, dicocokan dengan identifikasi gigi ternyata hasilnya sama.
Dengan mengetahui rekam medis gigi, dokter gigi forensik bisa menganalisis apakah gigi jenazah ini sesuai dengan rekam medis. Misalnya, adanya gigi yang dicabut atau tambalan gigi.
Sayangnya, data kondisi seluruh masyarakat Indonesia belum terekam dengan baik. Hanya pada sebagian orang, misalnya residivis dan teroris yang tertangkap. Ia mengharapkan pada e-KTP rekam gigi bisa ditambahkan selain foto retina mata dan sidik jari.