Didi Budiardjo: 25 Tahun Berkarya di Dunia Fesyen itu Pencapaian

Berikut ini adalah hasil wawancara Liputan6.com dengan desainer Didi Budiardjo yang telah berkarya selama 25 tahun.

oleh Bio In God Bless diperbarui 15 Okt 2014, 17:35 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pada Rabu (1/10/2014) bertempat di Grand Ballroom Hotel Mulia, desainer Didi Budiardjo menggelar sebuah fashion show. Pagelaran busana ini adalah sebuah perayaan atas eksistensinya dalam malang melintang di dunia fesyen Indonesia selama 25 tahun.

Ada sebanyak 56 looks yang ditampilan di acara tersebut. Tema dari koleksinya ini adalah Curiosity Cabinet. Apa maksud dari tema koleksi itu? Bagaimana seorang Didi Budiardjo memaknai perjalanan 25 tahun dirinya di dunia mode?

Berikut ini adalah hasil wawancara Liputan6.com dengan desainer lulusan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budi Hardjo dan Atelier Fleuri Delaporte, Paris, yang dilakukan di kediaman dan butiknya di Jalan Bendi Besar No.20 Tanah Kusir pada Selasa (14/10/2014).

Apa makna 25 tahun berkarya di dunia fesyen?
Buat saya, 25 tahun berkarya adalah sebuah perjalanan. Juga sebuah pencapaian, bahwa tidak setiap orang bisa merayakan 25 tahun berkarya dalam profesi yang sama. Bahwa ini juga merupakan anugrah, hadiah, dan peringatan bahwa saya harus tetap berkarya untuk terus maju.

Foto dok. Liputan6.com

Selama 25 tahun berkarya, apa ada perubahan cara pandang seorang Didi Budiardjo pada dunia fesyen?
Dengan peningkatan kematangan seseorang, ia akan melihat fesyen sebagai sesuatu yang lebih kompleks dan melihatnya dari sisi-sisi secara lengkap. Sikap saya pada fesyen tetap sama namun cara saya menganalisa fesyen jadi berbeda.

Spirit fesyen dan keingintahuan tentang fesyen yang ada dalam diri saya tidak berubah. Masih banyak hal-hal yang ingin saya tahu tentang fesyen. Dengan juga banyaknya pengetahuan tentang fesyen yang saya dapat, cara saya menganalisa sesuatu dalam fesyen jadi berbeda dari sebelumnya.

Dulu untuk membuat satu koleksi, cara pandang yang digunakan masih sederhana, yakni hanya melihat adanya ide atau inspirasi. Hal itu kemudian berkembang bahwa selain ide diperlukan juga teknik yang tepat untuk mewujudkan ide itu. Serta berkembang pula cara pandang tentang bagaimana menguraikan ide suatu koleksi dan tetap menjadikannya sesuatu yang solid.

Foto dok. Liputan6.com

Apa alasan dipilihnya tema `Curiosity Cabinet` untuk fashion show 25 tahun berkarya? Dan apa kaitannya dengan puisi `Cet Amour` karya Jacques Prevert yang disebut dalam penjelasan koleksi?
Saya ingin menampung semua kenangan atau memori perjalanan saya selama ini dalam satu wadah. Wadah itulah Curiosity Cabinet. Curiosity Cabinet adalah sebuah lemari pajang tempat memajang objek-objek yang menurut kita menarik, membawa kenangan, punya arti, spesial, dan unik.

Puisi Jacques Prevert tentang cinta yang berjudul `Cet Amour` itu menggambarkan bahwa cinta tak hanya punya sisi indah. Cinta itu up and down, kadang baik dan kadang tak seperti yang diharapkan. Dalam satu baitnya, Jacques Prevert menulis `Dans la foret de la memoire` yang berarti `Dalam hutan kenangan`. Hutan kenangan dan cinta inilah yang saya tuangkan dalam fashion show tersebut.

Foto dok. Liputan6.com

Bisa Dijelaskan tentang desain dan bahan busana-busana dalam koleksi di fashion show Curiosity Cabinet itu?
Baju-baju yang ditampilkan lebih banyak evening gown. Ada juga bridal gown. Itu memang core dan keahlian saya. Ada berbagai bahan yang digunakan, mulai dari swiss lace, guipure lace, lame matelasse, cloque, Jacquard, organza, chiffon, dan lainnya.

Apa pesan yang ingin disampaikan melalui fashion show ini?
Pesan saya adalah harapan agar fesyen Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negri sendiri dan bisa diterima oleh pecinta fesyen maupun masyarakat awam. Bahwa dunia fesyen Indonesia juga punya potensi yang baik untuk semakin maju.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya