SDM Masih Jadi Penghambat e-Money di Indonesia

Edukasi sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu penghambat utama perkembangan e-money di Indonesia.

oleh Adhi Maulana diperbarui 16 Okt 2014, 09:20 WIB
(foto: dreamstime.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ekosistem uang virtual atau e-money belakangan ini menjadi salah satu perhatian serius para operator seluler di Tanah Air. Mengintegrasikan fungsi finansial pada perangkat mobile menjadi tren yang diharapkan dapat berkembang dalam waktu dekat.

Namun perkembangan e-money mengalami berbagai kendala dan hambatan. Menurut Division Head Business Support Management Indosat, Kanton Kulaga, edukasi sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu penghambat utama perkembangan e-money di Indonesia. 

Indosat yang memiliki layanan e-money Dompetku sendiri telah bekerjasama dengan sejumlah merchant, baik online mau pun offline. Permasalahan edukasi SDM menjadi penghambat di sektor offline.

"Contohnya seperti di Alfamart, terkadang tidak semua penjaga toko (kasir) yang mengerti cara menggunakan layanan Indosat Dompetku. Padahal kami sudah sering dan secara teratur mengadakan pelatihan. Tetapi masalahnya cukup luas, turn over pegawai di Alfamart cukup tinggi, sekarang kita ajarkan, gak sampai sebulan orang yang jaga tokonya sudah lain lagi," papar Kanton.

Dijelaskan Kanton lebih lanjut, "Para pengguna juga msih jarang menggunakan layanan Dompetku. Sekali penjaga toko melayani pengguna Dompetku, lalu selama seminggu kemudian tidak ada yang bayar pakai Dompetku. Bisa jadi si penjaga toko lupa bagaimana cara mengaplikasikannya."

Layanan e-money Indosat Dompetku sendiri saat ini digunakan oleh sekitar 1 juta pelanggan Indosat. Disebutkan rata-rata ada 3.000 sampai 4.000 transaksi menggunakan Dompetku per harinya.

Indosat sendiri belum menetapkan target jumlah pengguna layanan Dompetku. Kanton menjelaskan bahwa saat ini fokus utamanya adalah edukasi dan mendorong semakin banyak pelanggan Indosat untuk bertransaksi menggunakan Dompetku.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya