Liputan6.com, Jakarta - Estonia, nama negara kecil di kawasan Baltik, Eropa Utara itu mungkin belum terlalu familiar bagi masyarakat Indonesia. Namun, jarang orang tak tahu Skype, aplikasi untuk melakukan panggilan telepon dan video chat gratis yang memanfaatkan jaringan internet. Dari sana lah teknologi itu berasal.
Namun, Estonia bukan hanya Skype.
Selama setahun terakhir, Konsulat Kehormatan Estonia untuk Indonesia, Adriana Sri Lestari berupaya memperkenalkan negara tersebut kepada publik Indonesia.
"Sejak kantor konsulat kehormatan Estonia dibuka di Jakarta, Kami terus memperkenalkan Estonia kepada Indonesia, di bidang pendidikan, budaya, sosial, pariwisata, dan yang sangat penting adalah sistem informasi teknologi," kata dia saat berkunjung ke kantor redaksi Liputan6.com, Rabu (15/10/2014).
Untuk pariwisata, Adriana menambahkan, setiap 5 tahun sekali digelar Estonian Song and Dance Festivals di mana puluhan ribu orang bernyanyi bersama, menjadi pengalaman emosional yang menggetarkan jiwa mereka yang menyaksikannya.
"Terakhir diselenggarakan Juli 2014 lalu. Ada ratusan ribu orang yang datang, banyak juga WNI yang hadir. Sebuah acara yang mengharukan, pesta kemerdekaan Estonia."
Advertisement
Dan yang paling utama adalah kecanggihan sistem informasi di negara dengan pemandangan bak 'negeri dongeng' itu. "Estonia adalah penemu Skype sekaligus konsultan cyber security (keamanan siber) untuk NATO," kata Adriana. "Saya bisa katakan, sistem informasi di Estonia adalah yang paling canggih."
Konsulat Kehormatan Estonia untuk Malaysia, Kolonel Purnawirawan Harbans Singh menambahkan, wilayah yang hanya seluas 45,227 km persegi dan jumlah penduduk sedikit bukan menjadi penghalang bagi republik tersebut untuk maju.
"Untuk negara kecil dan memiliki populasi di bawah 1,5 juta jiwa, inovasi di Estonia sangatlah baik dan menyeluruh," jelas Harbans. Kemajuan teknologinya diakui Eropa, AS, dan dunia. Juga dipercaya NATO.
Estonia merupakan salah satu negara dengan center of excellent pengembangan pertahanan cyber di kawasan Eropa.
NATO Cooperative Cyber Defense Center of Excellent (NATO CCD-COE) yang merupakan pusat pelatihan dan penelitian Pakta Pertahanan Atlantik Utara di bidang pertahanan dan keamanan cyber telah didirikan di Tallinn, ibukota Estonia sejak tahun 2008.
Di Estonia segalanya sudah terintegrasi dengan sistem elektronik: e-goverment, e-service, e-banking. Urusan birokrasi di negara itu, termasuk perizinan, bisa dilakukan dengan cepat, ringkes, nggak pakai ribet. "Saat parkir, anda cukup memakai ponsel untuk membuka maupun menutup pintu. Di akhir bulan tagihannya akan dikirim ke telepon genggam," kata Harbans.
Bahkan negara ini di Benua Biru Eropa melableli diri mereka sebagai e-Estonia.
Selain dalam bidang teknologi, bukti majunya Estonia turut dibuktikan dengan keterbukaan mereka dalam pemerintahaan.
Perdana Menteri Estonia, Taavi Roivas masih berusia 35 tahun. Bukti warga di sana tak konservatif. Mereka mempercayai kaum muda untuk punya peran lebih.
Bisnis dengan Indonesia
Harbans Singh mengatakan, sejumlah perusaan Estonia kini menjajaki hubungan bisnis dengan Indonesia. Di bidang teknologi, juga industri.
Mewakili perusahaan Chemi-Pharm, pria asal Malaysia tersebut mengatakan, perusahaannya menawarkan disinfektan dan pembersih untuk digunakan antara lain di di rumah sakit, sekolah, perusahaan, dan kantor.
"Belakangan makin banyak infeksi mengancam, dari flu burung, ebola, juga SARS," kata dia. Indonesia, tambah Harbans, adalah pasar potensial. Nusantara yang memiliki jumlah penduduk besar, menghadapi banyak tantangan di bidang kesehatan.
Estonia, tambah dia, juga bisa menjadi jembatan bagi perusahaan Indonesia yang ingin menjajaki pasar Eropa, khususnya Rusia dan Eropa Timur. "Di negara itu semua urusan bisa dilakukan dengan mudah, dengan sistem teknologi canggih."
Seperti dikutip dari situs The Economist, hanya butuh waktu sekitar 5 menit untuk mendaftarkan sebuah perusahaan di Estonia.
"Layanan seperti itu dan kemudahan yang bisa ditawarkan teknologi adalah alasan mengapa Tallinn, ibukota Estonia, kini disejajarkan denganBerlin, London dan bahkan Silicon Valley," demikian kutipan artikel The Economist. (Andreas Gerry Tuwo/Riz)
Saksikan wawancara Liputan6.com dengan perwakilan Estonia dalam video berikut: