Ini Tantangan Ekonomi RI Era Jokowi

Perlambatan ekonomi di Amerika, Eropa, Jepang dan China akan sangat berdampak kepada Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Okt 2014, 19:24 WIB
Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi Nasional (KEN) menilai pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) akan mengalami banyak tantangan terkait adanya gejolak ekonomi domestik maupun global.

Wakil Ketua KEN, Raden Pardede mengatakan, pada tahun depan, Indonesia akan menghadapi beberapa tantangan. Pertama adalah angin buritan ekonomi yang sudah berlalu. Angin buritan ekonomi adalah angin segar perekonomian yang menguntungkan Indonesia.

"Masa lalu dari 2005-2012, ekonomi RI bergerak kondusif menguntungkan kita. Suku bunga rendah, likuiditas melimpah dan harga komoditas tinggi. Perkembangan geopolitik juga stabil dan poltik. Tapi ini sudah berlalu," ujarnya saat memberikan sambutan pada acara Prospek Ekonomi Indonesia 2015 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2014).

Tantangan kedua yaitu akan datangnya angin dari depan (head wind) yang harus dihadapi Indonesia. Ini berkaitan dengan ekonomi global yang memburuk dan perekonomian dunia saat ini bergantung pada ekonomi Amerika.

Sementara itu, perekonomian Eropa juga masih belum mengalami perbaikan sepenuhnya disertai dengan melambatnya perekonomian China.

Perlambatan ini berdampak pada tekanan pada harga komoditas dan akan mempengaruhi perekonomian Indonesia yang mengandalkan ekspor komoditas.

"Angin dari depan sedang berhembus menghadang kita. Semua bergantung amerika. Mesin lain sedang macet, seperti macet di Eropa, mesin macet Amerika Latin dan Afrika. Ada juga mesin yang lagi direparasi seperti China dan Jepang," lanjutnya.

Menurutnya, saat ini perekonomian Amerika yang relatif lebih baik. Sementara itu, perekonomian Eropa dan Jepang berada dalam posisi yang lebih buruk dari perkiraan.

Hal ini semakin diperburuk dengan kebijakan bank sentral Amerika yang akan membuat pelonggaran moneter seperti quantitaif easing dan penghentian pembelian surat berharga negara.

"Kemudian bank sentral Eropa melakukan pelonggaran moneter luar biasa. Akibatnya negara berkembang akan tumbuh di bawah rata rata 5 tahun belakang. Hampir semua negara seperti China, Brazil dan Indonesia," katanya.

Dan tantangan ketiga yaitu adanya angin dari samping atau cross wind. Namun hal ini masih bisa dicegah bila pemerintah mampu mengambil kebijakan secara tepat sehingga tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk terhadap perekonomian Indonesia.

"Maka harus ada antisipasi, baik dengan kebijakan stabilisasi, maupun tranformasi secara strusktural. Iniperlu diantisipasi lebih dini dengan seluruh perangkat penanganan krisis yang sudah harus dilakukan. Terutama tantangannya masih sama dimana Indonesia mengalami twin defisit di tengah kontraksi ekonomi," tandasnya. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya