Bos Pelindo II Sebut Proyek Pelabuhan Cilamaya Tak Relevan

Dirut Pelindo II RJ Lino menyatakan pembangunan pelabuhan Cilamaya, Karawang sudah tidak relevan. Kenapa?

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Okt 2014, 13:34 WIB
Pelindo II menargetkan pembangunan pelabuhan New Tanjung Priok tahap I dapat beroprasi pada kuartal III 2015 dengan kapasitas daya tampung sebesar 1,5 juta, Minggu (7/9/2014)(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) RJ Lino menyatakan, pembangunan pelabuhan Cilamaya, Karawang sudah tidak relevan.

Menurutnya, pembangunan pelabuhan Cilamaya tidak relevan karena telah ada pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok.

"Itu sudah tidak relevan lagi karena dulu waktu Priok itu dibuat Priok itu cuma dibikin 1 kilometer dermaga dan jembatan, untuk kapasitas 1,5 juta TEUs sampai Cilamaya dibangun. Dan kemudian Cilamaya dibangun," kata Lino, di Kantor Kementrian BUMN, Jakarta, Seni (20/10/2014).

Lino menambahkan, dalam investasi pembangunan Cilamaya, seharusnya pihak Jepang juga investasi pembangunan Tanjung Priok.

"Bagian yang Priok sendiri itu pemerintah itu tender. Makanya waktu itu saya bilang, kalau kalian (Jepang) biayai Cilamaya, Priok juga donk 1 kilometer. Tidak mungkin kalian kapling Priok, sementara kalian bangun juga Cilamaya, siapa yang mau investasi.

Menurutnya, jika pemerintah bangun Cilamaya, Priok diserahkan swasta, tidak ada investor yang membangun pelabuhan Tanjung Priok.

"Investor siapa yang mau bangun. Makanya saya bilang tidak ikut tender waktu itu, karena apa? Kalau cuma 1 kilometer, Cilamaya jadi, bunuh diri saya," tuturnya.

Ia mengungkapkan, jika terlalu banyak perlabuhan bermuatan kapal besar, akan membuat kapal besar malah enggan masuk Indonesia.

"Enggak ada gunanya. Kita kan ingin kapal-kapal besar masuk ke Indoensia. Kalau Priok dibikin, Cilamaya dibikin, Semarang dibikin, akhirnya tidak ada kapal besar yang masuk," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya