Liputan6.com, Jakarta - Pelaku pasar merespons positif pelantikan presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) sehingga mendorong penguatan rupiah.
Sampai kapan efek Jokowi akan membuat rupiah menguat?
Advertisement
Pengamat Ekonomi, Lana Soelistianingsih mengatakan, penguatan rupiah ini memang menjadi efek dari pelantikan Jokowi meski sebenarnya secara regional, mata uang di negara-negara Asia mayoritas tengah mengalami penguatan, termasuk rupiah.
Namun dengan adanya pelantikan ini membuat rupiah menguat pada level yang lebih tinggi dibandingkan dengan mata uang lain.
"Saya kira memang ada efek dari pelantikan, ini kan semua ketua umum partai datang, ini dapat diartikan mereka memberikan dukungan. Itu cukup membantu meskipun secara regional memang ada penguatan untuk mata uang Asia, tetapi penguatan rupiah lebih besar karena ada dorongan dari dalam negeri terkait dengan pelantikan," ujar Lana saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (20/10/2014).
Lana memperkirakan penguatan ini hanya sementara. Pasalnya, faktor fundamental yang mempengaruhi nilai tukar rupiah yaitu soal supply dan demand dari dolar Amerika Serikat (AS) melalui kinerja ekspor dan impor Indonesia.
"Harapan terbesar dari ekspor, sedangkan ekspor masih melemah karena harga komoditas sedang turun, sehingga belum bisa diharapkan menjadi penyumbang devisa dalam arti netto-nya. Karena impor juga masih tinggi, dan neraca perdagangan juga masih defisit," lanjutnya.
Terlebih lagi, jelang akhir tahun permintaan dolar AS diprediksi semakin besar sehingga ini menjadi tantangan pertama bagi pemerintahan Jokowi.
"Jadi sumber dolarnya belum kuat sedangkan permintaaannya cukup banyak, terlebih jelang akhir tahun, seperti untuk bayar utang dan impor juga untuk persiapan natal sehingga seharusnya sudah dipersiapkan pada Oktober-November ini," kata dia.
Lana juga menilai, meski Jokowi telah resmi menjadi presiden, namun bagi rupiah untuk menguat hingga level Rp 11.500 per dolar AS dirasa masih sangat sulit. Sehingga ini bisa dijadikan target jangka pendek Jokowi hingga awal tahun depan.
"Ke depannya masih agak sulit untuk menguat ke level Rp 11.500. Mungkin angka itu bisa dijadikan target jangka pendek. Kalau itu bisa tembus, baru kita bisa bicara lebih kuat lagi. Tetapi dengan kondisi sekarang dan permintaan dolar pada tahun depan yang diperkirakan masih cukup besar, saya rasa untuk menembus Rp 11.500 agak sulit," tandasnya.
Kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah berada di posisi 12.041 pada Oktober 2014 dibandingkan periode 17 Oktober 2014 12.222. Sementara itu, berdasarkan data RTI pukul 19.15 WIB, rupiah menguat terhadap dolar AS di kisaran 11.992. (Dny/Ahm)