Liputan6.com, Paris - 22 Oktober 1964 atau 50 tahun silam, sastrawan Prancis Jean-Paul Sartre secara mengejutkan menolak penghargaan Nobel Sastra yang ditetapkan untuk diberikan kepada dirinya. Mengapa demikian, bukankan Nobel adalah impian semua orang?
Nobel Sastra itu diberikan kepada Sartre atas karya-karyanya yang dinilai inspiratif, kaya ide, dan selalu mengekspresikan semangat kemerdekaan dan upaya untuk pencarian kebenaran.
Namun Sartre yang merupakan novelis dan penulis skenario itu menolaknya karena beberapa alasan. Pertama, tokoh filosopi Abad 20 itu diketahui tak tertarik dengan penghargaan.
Satre selalu menolak sejumlah penghargaan yang diberikan padanya. Sebab baginya, hal itu secara tidak langsung membuatnya terlibat pada institusi yang memberikannya hadiah. Sartre tak ingin pro pada pihak tertentu. Pria kelahiran Paris 21 Juni 1905 itu ingin netral.
"Oleh karena itu, seorang penulis sejati harus menolak sesuatu yang bisa membuatnya berubah menjadi sosok yang mendukung suatu institusi. Bahkan penghargaan paling bergengsi sekalipun, aku tolak seperti kasus ini (Nobel)," ujar Sartre, seperti Liputan6.com kutip dari International Business Times, Rabu (22/10/2014).
"Sikap ini murni dari diri saya sendiri tanpa ada intervensi dari siapapun termasuk mereka yang pernah meraih Nobel," imbuh dia.
Alasan lain, Sartre saat itu juga tak ingin terjebak dalam dua blok yang kala itu bersengketa beberapa tahun setelah Perang Dunia II, yakni Blok Barat dan Blok Timur. Menurut dia, jika ia menerima Nobel, maka sama saja ia mendukung Blok Barat dan memberontak Blok Timur.
"Itulah mengapa saya tak bisa menerima penghargaan ini, apakah harus ke Barat atau Timur. Saya memang mengakui keduanya (blok), tapi saya lebih mendukung sisi sosial. Jadi saya tidak akan menerimanya," jelas Sartre.
Sartre dikenal sebagai sastrawan terkemuka era Abad ke-20. Karya-karya banyak menjadi inspirasi bagi masyarakat kala itu. Ia dikenal sebagai tokoh filsafat yang mengembangkan aliran Eksistensialisme.
Sartre menyatakan, eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi (L'existence precede lessence). Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan, selama hidupnya, ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya pada masa lalu. Karena itu, menurut Sartre, satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia (L'homme est condamne a etre libre). Sartre meninggal dunia di Paris pada 15 April 1980 pada usia 74 tahun.
Satre adalah orang pertama yang menolak Nobel. Dari sisi penerima. Orang kedua yang menolak penghargaan bergengsi itu adalah Jenderal Vietnam Le Duc Tho yang dinilai berperan dalam menyepakati perjanjian Paris Peace Accords untuk mengakhiri Perang Vietnam. Namun ia menolak karena menilai Vietnam belum damai sepenuhnya.
Pada tanggal yang sama tahun 1978, Paus Yohanes Paulus II dilantik. Ia adalah Pemimpin Takhta Suci Vatikan pertama yang berasal dari luar Italia sejak Paus Adrianus VI. Sejarah juga mencatat pada 22 Oktober 1938, mesin fotokopi ditemukan oleh fisikawan Amerika Serikat, Chester Carlson. (Ein)
Baca juga: 21-10-1833: Kisah Penemu Dinamit dan Sisi Gelap Penghargaan Nobel
Advertisement