Liputan6.com, Jakarta November 2012, ribuan orang memadati Mata Elang Indah Stadium (Meis) Ancol, Jakarta untuk menjadi saksi dari perayaan kelahiran kembali Peterpan lewat nama NOAH.
Tak hanya dihadiri oleh musisi dan selebritis ternama Tanah Air, gelombang histeria tanpa henti dari para penggemar setia juga sukses menghiasi sejarah perjalanan Ariel, Uki, Lukman, Reza dan David.
Advertisement
Saat itu, pertanyaannya hanya satu, sejauh apa mereka akan menghapus jejak Peterpan? Terlebih dengan single-single baru mereka yang terdengar begitu berbeda dengan apa yang pernah disuguhkan ke telinga Sahabat Peterpan dari era Taman Langit hingga Sebuah Nama Sebuah Cerita.
“Kalau dibilang berubah drastis, sebenarnya memang itu yang kita usahakan, karena kita nggak ingin berjalan di tempat, terutama untuk kemajuan musiknya,” terang Ariel.
Selanjutnya
Diketahui, tak hanya berubah dari segi komposisi musik yang terdengar semakin kaya, lirik-lirik yang diusung NOAH juga lebih banyak bercerita tentang cinta. Hasilnya, bagi yang biasa dibawa berkhayal jauh oleh Ariel, seolah tertampar dan disadarkan dalam keadaan yang lebih dipenuhi drama.
“Di album NOAH, Kalau dilihat kan memang single pertama (Separuh Aku) itu David yang bikin lagu, terus di lagu kedua (Aku Hidup Untukmu Mati Tanpamu), yang bikin liriknya Ryan d’Masiv.
“Begitu juga lagu ketiga (Jika Engkau) di mana Lukman dan saya yang bikin lirik, di lagu keempat (Tak Lagi Sama), David dan Ikhsan yang bikin,
“Nah, di lagu lima (Ini Cinta), baru saya sendiri yang buat. Jadi kalau dikatakan berubah dan banyak bercerita tentang cinta, mungkin akan terlihat seperti itu karena di album ini saya tidak banyak bikin lirik,”
Ditambahkan Ariel, aspek-aspek cinta juga sebenarnya bukan menjadi tujuan utama dari album ini. Raja Negeriku dan Terbangun Sendiri contohnya, di lagu itu dia masih mengajak pendengar untuk memikirkan hal lain meskipun tak lagi sebanyak dulu.
“Yang pasti kalau dari saya pribadi, saya nggak pernah berubah dalam hal lirik,” tegas pria bernama asli Nazril Irham tersebut.
Advertisement
Selanjutnya
Yang menarik, meskipun album Seperti Seharusnya ini mampu mengembalikan Ariel dan teman-teman seperjuangan ke tahta Peterpan dulu, banyak penggemar yang ternyata memilih untuk berhenti mengikuti langkah mereka.
Alasannya, lebih karena merasa komposisi musik NOAH terlalu jauh berbeda bagi mereka.
Lantas, bagaimana Ariel menghadapi kenyataan tersebut?
“Buat kami itu wajar, karena nggak semuanya tahu dapurnya kami, termasuk saat kami mengerjakan lagu dan sebagainya. Tapi kalau dari kami sendiri, sebenarnya nggak ada yang berubah dari peterpan ke NOAH, karena yang mengerjakan keseluruhan album juga orang-orang ada yang di Peterpan juga,
“Saya bikin sembilan lagu di album pertama, delapan lagu di album kedua, dan entah berapa lagu di album ketiga. Nah, saat saya membuat album keempat dan kelima, saya tak ingin bikin yang seperti awal-awal lagi, karena saya selalu ingin menciptakan sesuatu yang baru,”
“Jadi kalaupun berbeda, itu bukan karena Peterpan berganti menjadi NOAH, tapi karena personelnya berevolusi,” pungkas Ariel.
Baca juga:
Baca Juga