Wujud CSR, Diler Motor Dihimbau Beri Pelatihan

Diler dinilai punya andil besar dalam mewujudkan perilaku cerdas berkendara.

oleh Gesit Prayogi diperbarui 27 Okt 2014, 12:04 WIB
(Foto: Yongki Sanjaya/ Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Biker Mario Iroth, pelaku touring keliling tujuh negara pada 2013 lalu turut prihatin dengan banyaknya pengendara sepeda motor Tanah Air yang lekat dengan kesan ugal-ugalan.

Menurut pria yang aktif dengan Wheel Story itu, untuk menekan perilaku tak santun tersebut, pembeli roda dua dengan macam-macam kapasitas mesin seharusnya turut mendapat pelatihan khusus.

"Mengemudikan motor memang perlu skill khusus. Sebaiknya, sebagai bentuk tanggung jawab, para diler turut memberikan program pelatihan khusus kala pembeli menerima motornya," paparnya saat berkunjung ke markas Liputan6.com.

Lebih lanjut, mampu secara finansial, kata Mario, tidak menjamin si pembeli siap dari sisi psikologis dan memahami seluk beluk motor, terutama yang berkapasitas besar.

Menurut pria yang pada 2014 ini segera melakukan perjalanan kembali ke manca negara dengan motor Benelli Phyton, diler punya andil dalam mencerdaskan perilaku berkendara.

"Pembeli harus dilatih dan diberi pemahaman. Ini peran dimana diler seharusnya bisa berbuat lebih, jangan cuma jualan aja," imbuhnya yang pada perjalanan keliling tujuh negara pada 2013 lalu mengendarai Kawasaki KLX 150.

Pasalnya, di Indonesia sendiri, belum ada aturan tertulis yang mengatur lisensi khusus bagi pemotor berkapasitas kecil, sedang, dan besar. Hal ini dinilai timpang jika dibandingkan dengan langkah yang diambil oleh negara maju.

Jika mengambil contoh di Jepang, pembagian Surat Izin Mengemudi (SIM) telah dikategorikan berdasarkan kapasitas mesin. Di sana, kelas cc kecil hingga 125 cc, 125-250cc, dan 250cc ke atas. (Gst/Des)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya