Indonesia Sebenarnya Juga Bisa Buat 'Wisata Medis'

Dibandingkan negara lain seperti India, Indonesia sebenarnya juga tidak kalah dalam hal medical tourism atau wisata medis.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 23 Okt 2014, 20:00 WIB
Bart Simpson saat menjalani tes medis di Zenit (Dailymail.co.uk)

Liputan6.com, Jakarta Dibandingkan negara lain seperti India, Indonesia sebenarnya juga tidak kalah dalam hal medical tourism atau wisata medis. Saat ini sudah ada belasan RS berstandar internasional (JCI) di Indonesia. Namun sayangnya, semua sektor belum terintregrasi sehingga untuk mencapai medical tourism, Indonesia masih memerlukan waktu.

Jadi sebenarnya, kata Direktur Utama Rumah Sakit MMC sekaligus mantan Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) 2003-2009, dr Adib Abdullah Yahya, Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Hanya saja ada beberapa hambatan yang masih menjadi masalah di negeri ini.

"Hambatan di Indonesia masih sendiri-sendiri. Kesehatan, perdagangan semua masih corporate. Itu yang kami usahakan bersama Kadin untuk membuat surat ke presiden untuk membangun Health Tourism Board atau semacam perjalanan wisata yang terintegrasi dengan RS," kata Adib saat diskusi IT RS di Fujitsu, Sudirman, Jakarta, Kamis (22/10/2014).

Menurut Adib, semua sektor seperti kesehatan, perdagangan, pariwisata semua harus menjadi satu dulu agar ini sukses. "Sekarang saya berobat ke Mount Elizabeth Hospital, Singapura. Nggak mungkin kan sendiri, pasti ada saudara ikut. Dia nginep dimana? hotel, naik pesawat dan pulang bawa oleh-oleh, semua itu harus include."

Adib menerangkan, sejauh ini standarisasi RS sudah ada dan banyak diterapkan seperti misalnya pemberlakuan pola tarif paket (INACBGs) di RS yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Tapi tantangan lain, kurangnya tenaga medis dan sulitnya akses masih menjadi masalah besar di negara kita.

"Sekarang yang penting meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien saja dulu. Karena kalau kita terus mengejar teknolgi akan sulit dicapai. Teknologi itu kepanjangan tangan jadi hanya untuk membantu. Pada praktiknya yang penting adalah keselamatan pasien," jelasnya.

Foto dok. Liputan6.com

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya