Tamu Kabinet di Kantor Baru Jokowi

Dalam menyeleksi calon menteri susunan kabinet, Jokowi tidak dalam tekanan diapa pun seperti yang ditudingkan banyak kalangan selama ini.

oleh Sugeng TrionoLuqman Rimadi diperbarui 24 Okt 2014, 02:12 WIB
Ilustrasi Menteri Jokowi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah melalui usulan terbuka dari masyarakat, kini giliran Presiden Joko Widodo menyeleksi calon menteri susunan kabinetnya secara tertutup. Memang gaya Presiden yang akrab disapa Jokowi ini bisa dibilang sangat berbeda dengan presiden sebelumnya.

Seleksi calon pengisi susunan kabinet secara tertutup ini, menurut Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo dinilai langkah yang baik untuk menghormati calon menteri itu sendiri. Sebab, dengan cara tersebut tidak merugikan calon menteri yang batal dipilih, karena namanya tidak muncul di publik.

Bahkan ketertutupan tersebut, tidak diketahui elite PDIP sekali pun, seperti yang diakui Tjahjo. Dia hanya mengindikasi, orang-orang yang sudah dipilih Jokowi dan JK adalah orang-orang yang sudah diuji juga oleh PPATK dan KPK.

Dia berpesan, agar kabinet yang dibentuk nanti berisikan orang-orang yang tidak ingin mencari kekayaan harta tapi lebih fokus pada rakyat. "Yang diprediksi (para calon menteri) akan dikonsultasikan dan di cek (PPATK dan KPK) sehingga saat dilantik sudah clear and clean," ujar Tjahjo.

Dalam menyeleksi calon menteri kabinet ini, Jokowi memanggil satu per satu. Hari pertama usai pelantikan presiden pada 20 Oktober lalu, Jokowi mulai memanggil calon menteri kabinetnya. Bahkan, mantan Walikota Solo itu mengutak-atik hingga dini hari.

Pemanggilan calon menteri kabinet ini disebut-sebut, sebagai pengganti nama-nama calon menteri kabinet yang mendapat rapor merah atau tidak mendapat rekomendasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dari 43 nama yang diajukan Jokowi, 8 diantaranya mendapat rapor merah.

Pemanggilan nama-nama ke Istana Negara menghadap Presiden Jokowi, disinyalir memang terkait kursi menteri susunan kabinet. Hal ini dibenarkan Ketua Tim Transisi pemerintahan Jokowi-JK, Rini Mariani Soemarno Soewandi. Menurut dia, memang susunan kabinet belum selesai, masih proses pemanggilan.

Mantan KSAD Hingga Pengusaha Maskapai

Sederet nama yang diduga akan diseleksi Jokowi menjadi calon menteri kabinetnya, masih dilakukan hingga hari ke-3 usai pelantikan. Seperti politisi PDIP Aria Bima, mantan Menko Perekonomian Chairul Tanjung, dan mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Ryamizard Ryacudu yang dipanggil pada 21 Oktober lalu atau sehari setelah pelantikan Jokowi.

Namun, dalam pertemuannya dengan Jokowi, lulusan Akadami Militer 1974 itu, membantah ada pembahasan mengenai penunjukan dirinya sebagai calon menteri. Meski dianggap sebagai salah satu calon kuat pengisi jabatan menteri pemerintahan Jokowi-JK, ia enggan menanggapi spekulasi tersebut.

Selain itu, ada beberapa nama lainnya yang dipanggil Jokowi pada hari yang sama. Antara lain Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono dan politisi Partai Hanura Yudi Chrisnandi.

Setali tiga uang dengan Ryamizard, Hendropriyono mengaku tidak membahas mengenai penunjukan dirinya dalam susunan kabinet Jokowi-JK. Mengenai susunan kabinet Jokowi-JK, Hendro juga mengaku tidak memberikan masukan apapun kepada Jokowi. "Presiden lebih tahu dong."

"Saya nggak diajak ngomong soal kabinet. Hanya soal kesehatan saya saja. Saya sudah tua. Kalau saya sampai masih menjadi menteri, apakah tidak malu?" sambung Hendropriyono di Istana Negara, Jakarta.

Pada hari yang sama, juga datang politisi Partai Hanura Yudi Chrisnandi. Dia juga mengaku sama, tidak membahas kursi susunan kabinet Jokowi. Melainkan masa-masa indah saat kampanye Pemilu tahun 2014 lalu.

"Ya, ngobrol santai-santai saja soal kampanye," ujar Yudi Chrisnandi

Kendati saat ditegaskan kembali terkait hal yang sama, Yudi terlihat mesam-mesem sambil mengamini. "Mudah-mudahan," katanya. Ia pun mengakui dirinya sempat diajukan calon menteri oleh ketua umum Partainya, Wiranto. Dia pun siap ditempatkan di mana saja dalam susunan kabinet Jokowi.

"Semua bidang area tugas kementerian bisa jadi cocok bagi parpol manapun, saya nggak bisa pilih-pilih," tutur dia.

Pada 22 Oktober lalu, atau dua hari setelah pelantikan, Presiden Jokowi kembali memanggil sederet nama yang diduga akan menempati kursi susunan kabinet. Di antaranya Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara.

"Baru saja pertanyaan sudah saya tanyakan ke beliau (Mirza) dan beliau hanya senyum-senyum saja," kata Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Peter Jacob.

Selain itu, politisi Partai Nasdem Siti Nurbaya Bakar juga dipanggil Jokowi ke Istana Negara. Mantan Sekjen DPD RI ini disebut-sebut bakal mengisi salah satu pos kementerian paling krusial yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Pengajar program pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) itu dalam pertemuannya dengan Jokowi, mengaku hanya berdiskusi ihwal potensi sumber daya alam Indonesia yang hingga saat ini belum digarap secara optimal.

"Tadi bicara tentang sumber daya alam. Misalnya mengelola perizinan terkait sumber daya alam atau kalau kita mengelola rehabilitas, reklamasi, itu saja yang dibahas," ujar Siti Nurbaya Bakar di Istana Merdeka, Jakarta.

Namun, jika diberi amanah menjadi pembantu presiden sebagai menteri, Komisaris PT Pusri ini mengaku siap. "Nggak secara spesifik (bicara soal menteri). Kalau diperintah ya harus siap," ujar Siti Nurbaya.

Tak hanya itu, mantan Wakil Menteri Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro juga mendatangi kantor Presiden Jokowi. Usai bertemu dengan Jokowi, seperti yang lainnya, dia enggan menyebutkan kalau dirinya dipanggil terkait penyusunan kabinet pemerintahan Jokowi.

"Belum, nggak ada tanda-tanda," ujar Bambang di Istana Negara.

Bambang mengaku, kedatangannya untuk memenuhi panggilan presiden Jokowi, bukan terkait pemilihan menteri. Selama pertemuan, Jokowi lebih banyak bertanya mengenai perkembangan ekonomi saat ini.

"Ya tadi ditanya menghadapi 2015, bagaimana meningkatkan penerimaan, melakukan penghematan belanja dan seterusnya, lebih banyak bicara, mengenai bagaimana membuat lebih sehat. Tidak lagi terganggu oleh faktor eksternal," ungkap dia.

Selain itu, Bambang juga berdiskusi mengenai penyusunan APBN dan juga isu seputar rencana pengurangan subsidi BBM.

Pada hari ketiga setelah pelantikan, atau 23 Oktober, Presiden Jokowi kembali memanggil sejumlah nama calon yang akan mengisi kursi kabinet. Kali ini terdapat 3 elite PKB, yakni Ketua DPP PKB Marwan Djafar, Sekjen PKB Hanif Dakhiri dan pengurus DPP PKB lainnya bernama Nasir.

Saat ditanya apakah maksud kedatangan ketiganya terkait penyusunan kabinet Jokowi-JK, mereka tidak menjawab dengan jelas. "Pokoknya ini dipanggil Pak Presiden," kata Marwan.

Hadir pula politisi Partai Nasdem Enggartiasto Lukita. Ia menjelaskan bahwa Jokowi sempat memaparkan pandangan-pandangannya mengenai kondisi negara sekarang ini.

Meski tidak ada pembahasan secara detil mengenai komposisi kabinet yang hingga kini belum diumumkan, namun Enggar disebut sebagai salah satu tokoh yang akan menduduki posisi menteri.

"Tidak ada bahasa yang spesifik seperti itu kita bahas yang umum-umum saja tadi. Enggak ada yang spesial. Beliau (Jokowi) menceritakan kondisi negara, seperti kondisi pasar. Yang umum-umum saja. Kita banyak dengar. Kalau ditanya kami jawab," ungkap Enggar.

Tak hanya itu, bos maskapai Susi Air juga Susi Pudjiastuti juga turut dipanggil Presiden Jokowi pada hari yang sama. Saat ditanya kedatangan Susi terkait penyusunan kabinet Jokowi? Staf Setneg yang mengantar Susi mengatakan, "Ini ketemu saya. Yang ini tamu saya," ucap staf tersebut.

Susi sendiri dikabarkan masuk bursa dalam menteri Jokowi-JK sebagai menteri Pariwisata.

Tanpa Tekanan

Dalam menyeleksi calon menteri susunan kabinet, Jokowi tidak dalam tekanan diapa pun seperti yang ditudingkan banyak kalangan selama ini. Hal ini diakui langsung Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).

JK menegaskan, dirinya maupun Presiden Jokowi tidak bisa didesak soal seleksi nama-nama menteri kabinetnya. Pihak-pihak lain hanya sebatas memberi masukan atau rekomendasi.

"Jokowi dan saya tak bisa didesak-desak, direkomendasikan pasti, tapi tidak mendesak-desak," kata JK di Istana Wapres.

Hal senada juga diakui mantan koleganya saat memimpin Jakarta, yakni Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia mengamini pendapat bahwa mantan orang nomor 1 di Jakarta itu bukan lah pribadi yang mudah ditekan, melainkan memiliki karakter lebih tegas darinya.

"Beliau mah nggak bisa diteken. Jokowi lebih keras dari saya loh, jangan salah loh. Aku diteken-teken mungkin masih bisa lembek jadinya. Kalau beliau mah kalau udah putus 'A', ya 'A'. Saya tahu bener di sini 2 tahun. Ngomongnya juga pendek, 'udah itu aja'. Beliau tuh gitu," beber Ahok seraya mesam-mesem.

Pemanggilan deretan calon menteri kabinet Jokowi ini, nampaknya hampir rampung. Dengan kata lain, pengumuman susunan kabinet Jokowi-JK bakal segera diumumkan Jokowi.

Mantan Deputi tim Transisi Jokowi-JK Andi Widjajanto, menyebut nama-nama menteri yang akan bergabung dalam kabinet pemerintahan mendatang sudah final. Jokowi sudah menentukan 34 nama yang akan menjadi pembantunya.

"Tadi selesai jam 4 sore, relatif hampir semua posisi terisi. Ya, sudah (fix)," ujar Andi Widjajanto di Istana Negara.

Andi mengeaskan, terkait finalisasi nama menteri, tidak mesti calon yang akan menjadi pembantu presiden tersebut seluruhnya dipanggil oleh Jokowi. "Ada beberapa orang yang Pak Jokowi sudah kenal baik, sudah bekerja sekian lama. Jadi tidak perlu lagi dilakukan (pemanggilan), dan Pak Jokowi hanya perlu menelepon untuk menanyakan," jelas dia.

Kendati, nama-nama tersebut belum dapat diumumkan. Sebab, Jokowi-JK harus menunggu pertimbangan atau surat balasan dari DPR yang ditunggu sampai Rabu 29 Oktober.

"Pengumumannya mempertimbangkan etika hubungan kelembagaan karena ada surat yang dilayangkan Pak Jokowi ke DPR. Itu tujuh hari sejak suratnya diterima di Sekjen DPR. Jadi, Rabu itu batasnya," terang Andi.

Namun, sambung Andi, bisa saja DPR memberikan pertimbangan mengenai kementerian yang diserahkan Jokowi itu sebelum jatuh tempo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya