Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO), melalui anak usahanya PT Adaro Indonesia telah melaksanakan opsi untuk pelunasan lebih awal surat utang senilai US$ 800 juta atau sekitar Rp 9,65 triliun (asumsi kurs rupiah 12.068 terhadap dolar) yang terbit pada 2009.
Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti dikutip Jumat (24/10/2014), sumber pendanaan untuk pelunasan obligasi itu berasal dari sebagian dana hasil pinjaman yang diperoleh sebesar US$ 1 miliaratau sekitar Rp 12,06 triliun. Dana itu berasal dari perjanjian pemberian fasilitas pinjaman pada 25 Agustus 2014 dan kas internal.
Advertisement
Fasilitas pinjaman amortizing memiliki biaya lebih rendah dibandingkan dengan obligasi. Pelunasan obligasi dengan menggunakan kombinasi antara fasilitas pinjaman dan kas internal ini akan memperpanjang jatuh tempo utang, menurunkan biaya pendanaan, dan mempertahankan struktur permodalan kuat. Dengan pelunasan utang, Adaro akan menghemat beban bunga sampai dengan AS$ 40 juta per tahun.
"Aktivitas refinancing ini sejalan dengan strategi perseroan untuk mempertahankan neraca kuat dan likuiditas yang fleksibel," ujar Chief Financial Officer Adaro David Tendian.
Ia menambahkan, pihaknya akan fokus menjaga tingkat permodalan, efisiensi biaya, dan pengurangan jumlah utang di tengah kondisi harga batu bara yang sulit.
"Kami tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai target tahun ini, dan menjalankan strategi jangka panjang," kata David.
PT Adaro Energy Tbk mencatatkan liabilitas jangka panjang naik menjadi US$ 2,77 miliar pada 30 Juni 2014 dari periode 31 Desember 2013 sebesar US$ 2,74 miliar. Sedangkan liabilitas jangka pendek tercatat menjadi US$ 814,58 pada 30 Juni 2014 dari periode 31 Desember 2013 sebesar US$ 773,67 juta.
Laba periode berjalan yang diatribusikan ke pemilik entitas induk turun menjadi US$ 167,90 juta hingga semester I 2014 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 247,95 juta. Pendapatan naik menjadi US$ 1,69 miliar hingga semester I 2014. (Ahm/)