Liputan6.com, Jakarta - Iklim Indonesia yang tropis ternyata tidak menjamin negara ini bisa memiliki pembangkit yang memanfaatkan tenaga dari sumber energi matahari.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji menyatakan menilai selama ini ada kesalahpahaman tentang pengembangan Pembangkit Listrik Tenara Surya (PLTS) di Indonesia. Negara ini kerap dianggap memiliki potensi memiliki sumber energi terbarukan dengan memanfaatkan energi surya.
"Renewable masih ada ketidaksepahaman," kata dia di Jakarta, Senin (27/10/2014).
Dia menjelaskan iklim tropis Indonesia tidak cocok untuk pengembangan PLTS karena sinar matahari hanya efektif bersinar dengan tenaga penuh 3,5 sampai 4 jam.
Advertisement
Menurut dia, keberadaan PLTS cocok di daerah beriklim subtropis. "Tapi di subtropis di mana panas matahari paling besar, di gurun-gurun. Seperti Indonesia matahari efeketif 3,5-4 jam. Konsekuensinya energi matahari mahal," ungkap dia.
Sedangkan sumber energi lain, seperti air, Nur mengakui Indonesia memiliki potensi besar. Namun energi air di Pulau Jawa sudah dimanfaatkan semua untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Sedangkan di luar Jawa terkendala penyerapan listriknya, karena belum tersebarnya kawasan industri di luar Jawa.
"PLTA Jawa sudah habis, Sumatera, Kalimantan tidak ada Industri," pungkas dia. (Pew/Nrm)