Liputan6.com, Jakarta- Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melantik 34 menteri yang tergabung dalam kabinet kerja pada Senin, 27 Oktober 2014. Para menteri ini akan membantu Jokowi dalam merealisasikan visi misi yang pernah dilontarkan.
Usai pelantikan dan sidang kabinet, agenda penting seluruh menteri Kabinet Kerja di bawah pemerintahan Jokowi adalah menggelar Serah Terima Jabatan (Sertijab) di pos Kementerian masing-masing.
Advertisement
Beberapa kementerian yang telah menggelar Sertijab yaitu Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Menteri Perindustrian Saleh Husin dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman.
Saat Sertijab digelar sosok mantan Menteri juga tak luput dari perhatian. Usai pensiun, sejumlah rencana telah dibuat para mantan menteri untuk mengisi hari-harinya. Mulai dari kembali mengajar, menjadi pengusaha, kembali menjadi politikus, hingga berkebun.
Salah satunya mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Ditemui usai acara Sertijab, dia mengaku akan kembali menjadi pengusaha. Pria kelahiran Jakarta, 16 Agustus 1969 ini berencana membangun perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas.
Tak mau menunggu lama, mantan Duta Besar Jepang ini menargetkan bisa segera merealisasikan mimpinya dalam hitungan 1-2 bulan ke depan.
"Saya mau balik dagang, mungkin dalam 1-2 bulan kalau sudah komplit ingin membuat institusi oil and gas. Mudah-mudahan bisa jalan. Tadinya kan mau jadi bankir tapi tak bisa karena sudah lama tidak," ujarnya di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Senin (27/10/2014).
Bagaimana dengan mantan menteri yang lain?
Pengusaha
Tak berbeda dengan Lutfi, mantan Menko Perekonomian Chairul Tanjung akan kembali mengurus kerajaan bisnisnya. Pria yang akrab disapa dipanggil CT ini tercatat memiliki sebuah grup usaha yang cukup besar yaitu CT Corpora. CT Korpora membawahi tiga grup besar yaitu Mega Corp, Trans Corp dan CT Global Resources.
Dari kerajaan bisnisnya ini, harta kekayaan CT ditaksir mencapai US$ 4 miliar atau lebih dari Rp 44 triliun. Tak heran, nama CT masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia versi Malajah Forbes.
"Dari awal saya bilang akan kembali ke dunia saya karena saya punya tanggung jawab yang harus diselesaikan," ungkap dia usai Acara Perpisahan pada 17 Oktober 2014.
Meski begitu sebagai warga negara Indonesia, CT itu berkomitmen membantu pemerintah baru. "Saya tetap akan membantu pemerintahan apapun posisi saya nanti dan di manapun saya berada," tegasnya.
Begitu pula mantan Menteri Perindustrian, MS Hidayat yang juga akan kembali bergelut dalam bisnis properti yang selama ini dijalankannya.
"Iya properti pastinya. Selama ini saya non-aktif. Saya mau bangun resort hotel di Bali, kan saya orang properti," ujar Hidayat beberapa waktu lalu.
Tak lupa Hidayat menitipkan pesan untuk sosok menteri perindustrian baru. Dia berharap penggantinya dapat melanjutkan rencana strategis yang sudah disusun pemerintahan SBY.
Terlebih, saat ini sudah ada Undang-undang (UU) Perindustrian, yang akan memberikan kemudahan bagi menteri baru untuk menghimpun potensi sektor industri yang berkaitan dengan kementerian lain. "Pasti orang yang bisa meneruskan jauh lebih baik," katanya.
Sosok lain yang terus menjadi perhatian publik yaitu mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Usai pensiun, mantan Bos PT PLN (Persero) ini tidak akan kembali mengurus perusahaan. Pemilik grup Jawa Pos ini justru bertekad mengembangkan buah energi Kaliandra Merah setelah lengser dari jabatannya.
Dahlan mengatakan, dalam tiga tahun ke depan berkeinginan berkebun buah kaliandra merah sebagai sumber energi alternatif. "Saya bercita-cita ke depan akan menanam buah merah terbesar di Indonesia yang diperuntukkan sebagai energi," kata Dahlan pada 20 Oktober 2014.
Setelah pensiun sebagai orang nomor satu di Kementerian BUMN, Dahlan berniat untuk menetap di kota asalnya, Surabaya. Di kota pahlawan tersebut, Dahlan akan menjalankan cita-citanya.
"Saya akan lebih banyak di Surabaya, tetapi kalau ketemu saya ditegur yah," pesan dia.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C Sutardjo berencana kembali menjalani kesibukannya sebagai politikus usai menuntaskan jabatan di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.
"Saya itu basic-nya pengusaha dan politikus, jadi saya mau kembali ke habitat saat pensiun," ungkap dia.
Sharif merupakan Menteri Kelautan dan Perikanan resmi mulai menjabat 19 Oktober 2011. Dia menggantikan Fadel Muhammad, rekan separtainya di Partai Golongan Karya (Golkar).
Di pengurusan Partai Golkar, Cicip begitu dia sapa, adalah Wakil Ketua Umum DPP Golkar. Dia mengaku bangga telah menyelesaikan Undang-undang (UU) Kelautan lantaran prosesnya harus memakan waktu dua tahun.
"Dua tahun saya kerja supaya RUU Kelautan disahkan jadi UU," tukas Sharif.
Advertisement
Mengajar
Tak mau kalah, Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu pun telah memiliki sejumlah rencana usai tak menjabat sebagai pejabat negara. Mari menuturkan, dirinya akan . Selain itu juga memanfaatkan waktu jalan-jalan.
"Sedikit istirahat, jalan-jalan dan balik ke kampus untuk mengajar," ujar Mari.
Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi (MenPAN) Azwar Abubakar menuturkan, dirinya ingin menjadi
"Saya kasih-kasih ceramah bisa," kata dia.
Tak secara detil menerangkan profesinya, dia mengatakan langkah tersebut diambil karena untuk menjadi pengusaha pihaknya mengaku sudah tak mampu. Namun begitu, dia menegaskan apapun pekerjaan dilakukan haruslah sesuatu yang terbaik untuk tanah air.
Di sisi lain, dia berpesan agar pemerintahan Jokowi menjadikan persoalan gaji dan dana pensiun sebagai persoalan yang terus diperhatikan. Gaji dan dana pensiun harus mempertimbangkan kebutuhan hidup masyarakat.
Oleh karena itu, dia mengimbau pemerintahan yang sekarang mesti memperhitungkan ruang fiskal. Dia menekankan pemerintah mesti hati-hati dalam mengalokasikan dana demi kemakmuran masyarakat.
"Ruang fiskal harus menghitung kebutuhan masyarakat. Soal gaji dan pensiun harus hati-hati," tuturnya. (Ndw)