Liputan6.com, London - Presiden Zambia, Michael Sata yang dijuluki 'King Cobra' meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhirnya pada usia 77 tahun, di sebuah rumah sakit di London, Inggris.
"Dengan berat hati, saya mengumumkan kematian presiden tercinta kami, Michael Chilufya Sata," ujar sekretaris kabinet Roland Miska seperti dimuat BBC, Rabu (29/10/2014).
Kendati demikian, penyebab kematian Sata tidak dijelaskan secara rinci. Pihak rumah sakit hanya menyebutkan dia tutup usia setelah detak jantungnya meningkat tiba-tiba, lalu berhenti selamanya.
Advertisement
"Presiden Zambia, Michael Sata, meninggal di London. Tempat dia dirawat di rumah sakit swasta untuk penyakit yang tidak diungkapkan," demikian pemerintah Zambia mengkonfirmasi kematian orang nomor satu di negaranya seperti dimuat The Guardian.
"Sata meninggal pada Selasa 28 Oktober tak lama setelah pukul 23.00 waktu setempat, di Rumah Sakit King Edward VII London," ungkap sekretaris kabinet Zambia, Roland Msiska dalam sebuah pernyataan.
"Istri Sata, Christine Kaseba dan putranya, Mulenga Sata mendampingi presiden 77 tahun itu ketika ia meninggal," jelas Msiska.
Sementara waktu, pengganti Sata sebagai presiden belum diumumkan. Hal itu akan diputuskan oleh kabinet Zambia dalam rapat Rabu ini.
Sebelum meninggal, Sata bertolak ke luar negeri untuk berobat awal bulan ini di London. Menteri Pertahanan Edgar Lungu menjabat sebagai presiden sementara saat ia tak ada. Ia tidak pernah terlihat di depan umum sejak kembali ke Zambia dari New York pada akhir September.
Zambia sebenarnya memiliki Wakil Presiden yang dijabat Guy Scott. Namun, karena dia keturunan Skotlandia dan orang tuanya tidak lahir di Zambia, dia tak berpeluang menggantikan Sata.
Dalam konstitusi, Zambia terdapat sebuah klausul yang khusus menyebutkan syarat menjadi presiden, antara lain memiliki orang tua yang lahir di Zambia.
Di bawah konstitusi Zambia, negara harus menyelenggarakan pemilihan untuk pemimpin baru dalam waktu 90 hari dari kematian presiden.
Sejauh ini, Perdana Menteri Uganda, Ruhakana Rugunda, dan presiden Somalia, Hassan Sheikh Mohamud, berada di antara para pemimpin dunia pertama yang mengungkapkan belasungkawa mereka. Kemudian menteri luar negeri Inggris, Philip Hammond. (Ein)