Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi China 7% pada 2015

Bank Dunia sebut pertumbuhan ekonomi China mencapai 7% pada 2015, dan disarankan untuk fokus pada reformasi yang dilakukan.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Okt 2014, 21:05 WIB
masyarakat China memilih mobil buatan pabrikan asal Jerman yang memiliki harga lebih terjangkau dibanding mobil Eropa atau Amerika.

Liputan6.com, Beijing - Bank Dunia melihat meski pertumbuhan ekonomi China turun mencapai 7 persen pada 2015, tetapi tetap mampu menjaga pasar tenaga kerja dengan baik.

"Dalam pesan kami adalah harus fokus di reformasi dari pada memenuhi target pertumbuhan spesifik. Dalam pandangan kami, target indikatif sekitar 7 persen pada 2015 akan terpenuhi. Jenis pertumbuhan indikatif diperlukan untuk menjaga stabilitas di pasar tenaga kerja," ujar Karlis Smits, Ekonom Senior Bank Dunia, seperti dikutip dari CNBC, Rabu (29/10/2014).

Setelah 30 tahun, pertumbuhan ekonomi dan ekspansi begitu pesat memang mengangkat China dari kemiskinan. Namun akibatnya lingkungan menjadi korban dari ekspansi itu. China pun ingin memperlambat pertumbuhan ekonomi agar lebih berkualitas bagi lingkungan.

Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan sekitar 7,5 persen pada 2014, namun analis memproyeksikan, pertumbuhan mencapai 7,4 persen, level terendah dalam 24 tahun.

Bank dunia pun mendorong China untuk fokus pada reformasi. Sebuah rencana reformasi China yang paling ambisius dalam 30 tahun yaitu bertujuan merombak perekonomian dengan kekuatan pasar menggantikan perencanaan pemerintah pusat untuk mengarahkan perekonomian.

"Kekhawatiran umum adalah bahwa kebijakan yang berfokus pada pemenuhan target pertumbuhan ambisius, mirip pada 2014 akan membutuhkan kebijakan makro ekonomi untuk tetap berorientasi mendukung permintaan domestik dari pada reformasi," katanya.

Sementara itu, beberapa analis China berpendapat dengan memajukan reformasi China maka berdampak ke ekonomi China di masa depan. Bank dunia memperingatkan setiap dorong pertumbuhan yang berasal dari reformasi tidak akan sama kuat seperti di masa lalu.

"Reformasi 'generasi kedua' memiliki dampak lebih kecil pada pertumbuhan dari pada generasi pertama reformasi dilaksanakan selama beberapa dekade terakhir," tulis Bank Dunia.

Selain itu, penerapan rencana reformasi terkoordinasi juga dapat mempercepat potensi pertumbuhan ekonomi China, tetapi tidak akan membalikkan moderasi pertumbuhan selama dekade berikutnya. (Ahm/)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya