Jambi Terancam Krisis Pangan Gara-gara Penambangan Ilegal

Kabupaten Merangin, Jambi terancam krisis pangan seiring lahan produktif semakin berkurang akibat maraknya aktivitas penambangan emas ilegal

oleh Bangun Santoso diperbarui 30 Okt 2014, 14:26 WIB
Seorang petani mengamati lahan tanaman padinya yang kering kerontang di Desa Genengwaru, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.(Antara)

Liputan6.com, Jambi - Kabupaten Merangin, Jambi terancam krisis pangan. Hal ini disebabkan lahan produktif yang semakin berkurang akibat maraknya aktivitas penambangan emas tanpa izin (Peti) di daerah tersebut.

Lahan-lahan produktif sudah habis. Sementara itu, upaya penambahan lahan baru sangat sedikit yang dapat diupayakan pemerintah kabupaten (pemkab) Merangin per tahun.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Merangin, Rumusdar mengakui, sulit untuk mencapai target pangan yang ditetapkan Pemkab Merangin dan Pemprov Jambi.

"Sulit bagi kami mencapainya (target pangan). Harapan kami untuk mempertahankan pangan, hanya dengan membuka lahan baru," kata Rumusdar, Kamis (30/10/2014).

Menurut dia, peningkatan pangan yang sulit disebabkan ribuan hektar sawah produktif yang ada di Merangin sudah beralih fungsi. Aktivitas penambangan emas tanpa izin merupakan ancaman utama alih fungsi lahan tersebut.

"Lihat saja sawah di Kecamatan Pangkalan Jambu, ribuan hektar rusak dijadikan lahan tambang. Padahal (Pangkalan Jambu) dulu merupakan salah satu kawasan lumbung pangan Kabupaten," ujar Rumusdar.

Selain kawasan Kecamatan Pangkalan Jambu, lahan produktif yang terancam beralih fungsi yakni sawah di kawasan Tabir Barat, Tabir Ulu dan kawasan lainnya disepanjang sungat batang Tabir.

"Sebab aktivitas Peti sudah sangat marak di kawasan tersebut, ancamannya tidak hanya dijadikan lahan tambang, tapi air sungai yang tercemar juga dapat menyebabkan sawah kurang produktif," tutur Rumusdar.

Lebih lanjut ia menyebutkan, lahan produktif yang masih bisa diandalkan hanya beberapa titik saja. Seperti kawasan Jangkat dan Sungai Tenang. Sebab dikawasan tersebut belum ada aktivitas Peti.

Meski tidak menyebutkan secara rinci, Rumusdar mengungkapkan target pangan yang ditetapkan Pemkab Merangin dan Pemprov Jambi pada 2014, bakal sulit tercapai. Selain ribuan hektar lahan produktif beralih fungsi, musim kemarau panjang juga menyebabkan gagal tanam.

"Pengaruhnya lahan andalan pangan banyak hilang dan juga musim kemarau. Seharusnya September bisa nanam, karena kemarau jadi gagal. Tentu itu berpengaruh dengan hasil produksi," ungkapnya.

Berdasarkan data di Dinas PTPH, luas lahan di Merangin lebih dari 13.000 hektar. Namun lahan tersebut tidak seluruhnya produktif.

"Lahan-lahan itulah yang nantinya akan kita upayakan bisa produktif semua. Terkecuali lahan yang sudah beralih fungsi dijadikan lahan tambang," pungkas Rumusdar. (Bangun Santoso/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya