Presiden Burkina Faso Tolak Mundur, Oposisi Bakar Gedung Parlemen

Presiden Blaise Compaore bersikeras mempertahankan jabatannya. Meski menuai protes dari oposisi yang menuntutnya lengser.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 31 Okt 2014, 12:25 WIB
Aksi bakar-bakaran oposisi di Burkina Faso. (Reuters)

Liputan6.com, Ouagadougou - Presiden Burkina Faso Blaise Compaore bersikukuh mempertahankan jabatannya selama setahun di bawah pemerintahan transisi. Meski pengunjuk rasa membakar gedung parlemen.

"Saya akan menyerahkan kekuasaan begitu pemerintahan transisi merampungkan tugas selama 12 bulan," ucap Compaore seperti dimuat BBC, Jumat (31/10/2014).

Compaore juga mengaku telah mencabut status darurat yang diumumkan sebelumnya. Dalam status darurat tersebut, Compaore meminta militer menerapkan langkah-langkah yang diperlukan guna mengembalikan ketertiban umum.

Sikap Compaore ditanggapi pemimpin oposisi Zephirin Diabre dengan kemarahan. Kepada stasiun radio lokal, ia menyatakan pengumuman tersebut tidak bisa diterima.

"Kami menyerukan kepada rakyat untuk menunjukkan perlawanan. Pengunduran diri Presiden Blaise Compaore ialah satu-satunya cara untuk mendatangkan perdamaian di negara ini," kata Diabre.

Secara terpisah, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengutus Mohamed Ibn Chambas ke Burkina Faso. Negara di Afrika Barat yang dahulu bernama Volta Hulu itu.

Chambas, menurut keterangan PBB, akan berupaya mendinginkan situasi.

Keputusan Compaore untuk mempertahankan jabatannya memicu demonstrasi massa.

Yacouba Ouedraogo, wartawan BBC yang melaporkan dari ibukota Burkina Faso, Ouagadougou mengatakan massa telah membakar gedung parlemen. Mereka juga membakar balai kota, hotel mewah, rumah-rumah anggota parlemen, dan markas partai yang berkuasa.

Foto dok. Liputan6.com


Kini, kerumunan orang dilaporkan bergerak ke arah istana presiden.

Puluhan tentara dilaporkan bergabung dengan para demonstran, termasuk mantan Menteri Pertahanan Jenderal Kouame Lougue.

Demonstrasi serupa dilaporkan juga terjadi di Kota Bobo Dioulasso dan beberapa kota lainnya.

Compaore berkuasa melalui kudeta pada 1987. Sejak itu, dia telah memenangi empat pemilihan umum yang dipertanyakan keabsahannya.

Compaore merupakan sekutu dekat Amerika Serikat dan Prancis. Kedua negara tersebut memakai Burkina Faso sebagai titik tolak dalam operasi militer, menghadapi kelompok militan Islam di kawasan Sahel. (Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya