Diplomasi Down to Earth Menlu Retno Marsudi Dinilai Belum Jelas

Pengamat hukum internasional, Hikmahanto Juwana menilai kesamaranya ada pada tafsiran gaya diplomasi down to earth.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 31 Okt 2014, 14:14 WIB
Menlu Retno Marsudi (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Diplomasi Down to Earth atau membumi merupakan salah satu jurus andalan yang akan diterapkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke suluruh diplomat Indonesia. Namun, gaya tersebut masih dinilai kurang jelas.

Hal tersebut diungkapkan oleh pengamat hukum internasional, Hikmahanto Juwana. Menurut Guru Besar Universitas Indonesia itu, kesamaranya ada pada tafsiran gaya diplomasi down to earth.

"Yang pasti kita kurang tahu down to earth itu apa. Apakah kita akan tetap menggunakan tafsiran kemarin thousand friends zero enemy itu, atau kita mau bilang kalau kepentingan nasional yang harus diutamakan," sebut Hikmahanto kepada Liputan6.com di Kedutaan Belanda, Jakarta, Jumat (31/10/2014).

Lebih lanjut Hikmahanto mengungkapkan, agar jurus itu jelas seharusnya Menlu menjabarkan apa yang akan dilakukan bila kedaulatan Indonesia terganggu. Sebab, bila down to earth berarti mengutamakan kepentingan rakyat, maka diyakininya negara lebih kuat merupakan keinginan hampir seluruh warga Indonesia.

"Masyarakat sudah 10 tahun merasa harus dinomorduakan, ketika situasi berhadap-hadapan dengan negara lain," sambung dia.

Walau begitu, disampaikannya, jika down to earth yang dimaksud sama seperti keinginan rakyat, maka itu adalah tafsiran yang sangat bagus. Sehingga perlu mendapat dukungan dari segala pihak.

Sesaat setelah menjalankan tugasnya sebagai Menlu, Retno Marsudi mengutarakan akan membawa selalu menjalan diplomasi sesuai dengan kepentingan rakyat banyak. Gaya tersebutlah yang tanpa ragu di sebut down to earth.

"Kami mencoba menempatkan diplomasi down to earth yang berarti kepentingan masyarakat adalah unsur utama," sebut Retno Marsudi. (Mut)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya