Liputan6.com, Jakarta Sorotan atas Kaesang Pengarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo menjadi bahan menarik untuk diperbicangkan di media sosial. Demikian juga dengan Nadine Kaiser putri Menteri Susi Pudjiastuti. Ini semua karena tokoh sentral yakni sang presiden dan sang menteri yang memang sungguh menarik. Gejala yang sama berlaku untuk tokoh-tokoh lain seperti misalnya mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Perbincangan tentang istrinya, anaknya atau menantunya.
Orang pasti akan tertarik dan media yang mengunggahnya di lamannya masing-masing bakal menuai hit yang banyak. Jadi, makin gencarlah media mainstream memainkan isu dan topik-topik seputar orang terkenal dan unik.
"Kita hidup di budaya kolektif. Jadi pandangan terhadap individu (keberhasilan, kegagalan, perilaku, gaya hidup dan lainnya) selalu terkait dengan anggota-anggota lain dalam lingkup keluarga besarnya,"ujar Yohanes Heri Widodo, Psikolog yang juga dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Sabtu (1/11/2014).
Budaya kolektif, menurut Heri, melihat individu dalam ikatan kelompoknya. Sedangkan budaya individual melihat individu cenderung sebagai pribadi yang terlepas dari kelompoknya.
"Mereka disorot karena memang figur publik. Ini juga terjadi pada Pak Harto, SBY, dan yang lainnya. Tapi cara masyarakat kita menyorotlah yang saya maksudkan sebagai kecenderungan budaya kolektif. Apalagi mereka ditempatkan dalam posisi figur panutan yang dituntut menjadi sempurna,"ujar Heri.
Jadi, setelah Nadine Kaiser, pasti akan ada tokoh-tokoh lain lagi yang bakal 'dimainkan. (*/igw)
Advertisement