Dikarantina, Trombosit Pasien Suspect Ebola Madiun Turun

Diagnosis sejauh ini positif penyakit malaria. Namun karena yang bersangkutan pernah berada di daerah endemik virus Ebola.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 01 Nov 2014, 16:20 WIB
Ilustrasi Virus Ebola (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Madiun - Muk (29) warga Gemarang, Kabupaten Madiun, pasien yang dicurigai atau 'suspect' terjangkit virus ebola yang dirawat di RSUD dr Seodono, Madiun, Jawa Timur, mengalami penurunan jumlah trombosit.

"Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa pasien bersangkutan mengalami penurunan jumlah trombosit. Tidak hanya itu, pasien juga mengalami gangguan fungsi ginjal. Namun, sejauh ini kondisinya masih stabil," ujar Kepala Pelayanan Medik RSUD dr Soedono, Madiun, dr Sjaiful Anwar SpJP, Sabtu (1/11/2014).

Menurut dia, hasil diagnosis sejauh ini positif penyakit malaria. Namun, karena yang bersangkutan pernah berada di daerah endemis, maka dicurigai atau suspect ebola.

Karena dicurigai ebola, maka perawatan yang diberikan merupakan perawatan standar Badan Kesehatan Dunia (WHO). Antara lain, perawat wajib mengenakan penutup kepala, kacamata pelindung, masker jenis N95, serta baju rangkap tiga.

Selain itu, perawat juga harus memakai sarung tangan dan sepatu bot. Pakaian rangkap tiga itu meliputi, bahan linen, gaun pelindung, dan gaun pelindung plastik sekali pakai. Setelah dipakai pakaian itu langsung dibuang.

"Penerapan SOP tersebut agar pasien tidak menularkan virus ke orang lain, terutama tenaga medis yang menanganinya," terang dia.

Pihaknya terus berkoordinasi dengan RSUD dr Soetomo, Surabaya untuk melakukan pemantauan kondisi pasien bersangkutan. Jika kondisinya tidak membaik akan dirujuk ke Surabaya.

Sementara, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Madiun Suyadi membenarkan ada seorang mantan TKI asal daerahnya yang dicurigai terjangkit ebola.

"Saat ini yang bersangkutan masih menjalani perawatan intensif di RSUD dr Soedono, Madiun. Kami terus memantau kasusnya," ungkap Suyadi.

Berdasarkan penelusuran, Muk bersama 34 TKI lainnya dari berbagai wilayah di Indonesia bekerja di daerah hutan di Liberia, Afrika. Ia bekerja di Liberia sejak Maret 2014.

Kemudian, pria itu pulang bersama 31 TKI lainnya karena berbagai alasan. Delapan di antaranya berasal dari Kecamatan Pilangkenceng, Mejayan, Gemarang, dan Saradan, Kabupaten Madiun. Namun, hanya Muk yang mengalami demam tinggi.

Sebelum dipulangkan ke Tanah Air, pasien mengalami demam dan sempat dikarantina di Liberia selama sepekan. Sepulang ke Indonesia, Muk juga sempat dikarantina di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Namun hanya sehari dan akhirnya pulang ke Madiun.

Setelah lima hari berada di kampung halamannya, Muk kembali demam hingga akhirnya dirujuk ke RSUD dr Soedono.

Sedangkan, mantan TKI asal Kabupaten Madiun lainnya yang tidak demam, terus dipantau keadaannya oleh petugas Dinas kesehatan setempat.

Sebelumnya diberitakan BBC, Wuk bersama sekitar 27 orang TKI asal Madiun lainnya meninggalkan Liberia setelah negeri itu dilanda endemik virus Ebola yang menewaskan lebih dari 4.000 orang di sejumlah negara di wilayah Afrika timur.

"Masih suspect Ebola. Karena berdasarkan klasifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), pasien dengan demam tinggi dari negara endemik Ebola, dimasukkan sebagai suspect Ebola," kata Kepala bidang pelayanan medik RS Soedono, Dr Syaiful Anwar kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan. (Ant/Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya