Ribuan Warga Berebut Gunungan di Grebeg Suran Baturraden

Para warga sekitar Banyumas terlihat antusias mengikuti Berebut Gunungan di Grebeg Suran Baturraden.

oleh Idhad Zakaria diperbarui 04 Nov 2014, 12:35 WIB
Para warga sekitar Banyumas terlihat antusias mengikuti Berebut Gunungan di Grebeg Suran Baturraden.

Liputan6.com, Banyumas Gelaran akbar tahunan ritual budaya Grebeg Suran Baturraden 2014, digelar Minggu (02/11/ 2014), di Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah. Ribuan warga yang berasal dari berbagai daerah rela berdesak-desakan demi menyaksikan arak-arakan tradisi itu. 

Prosesi dimulai dengan karnaval ratusan warga dari 12 desa penyangga Baturraden. Mereka berbaris rapi dan membawakan ciri khas dari masing-masing desanya. Beberapa perempuan terlihat mengenakan pakaian tradisional, ada pula puluhan pria bertampang garang memakai pakaian Jagabaya di kawasan wisata Baturraden.

Pada bagian lain, beberapa warga menampilkan kesenian adat dan tradisi, seperti kentongan, lenggeran, ebeg, cowongan, genjring, hadroh hingga padepokan pencak silat. Terlihat pula sesosok belis (setan) raksasa berwarna hijau yang digotong seniman. 

Pada Grebeg Suran itu, masing-masing desa mengirimkan kelompok seni di desanya. Mereka mengarak sesaji, kambing kendhit dan dua gunungan setinggi tiga meter menuju terminal Lokawisata Baturraden yang berjarak satu kilometer. Sementara itu, seratus perempuan ikut membawa tenong berisi nasi takir.

"Perlengkapan ini disiapkan oleh pemuda Karang Taruna setempat dan warga dari 12 desa. Mereka ikut nglembur," kata Ketua Panitia Festival Baturraden Supriyono.

Foto dok. Liputan6.com


Setelah rombongan arak-arakan tiba di lokasi Terminal Baturradien, warga pun berebut sebuah gunungan besar yang berisi sayur-sayuran. Sementara tenong berisi nasi penggel dibawa ke situs Baturraden untuk didoakan dan dimakan bersama masyarakat yang ingin ngalap berkah. 

"Sesaji itu sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Tuhan dan alam. Sementara takir yang berasal dari kerata bahasa Banyumas nata ing pikir yang berarti membuat pikiran menjadi tenteram dan menghilangkan sebel puyeng. Meski gerimis mengguyur, masyarakat tetap antusias berebut gunungan," katanya.

Usai berebut gunungan, kambing kendhit yang dibawa kemudian disembelih di Sungai Gumiwang sebagai sesaji. Lalu boneka belis raksasa, dibakar sebagai pertanda membuang sial dan marabahaya. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Banyumas, Deskart Sotyo Djatmiko memperkirakan, 30 ribu pengunjung memadati arena grebegan, di lapangan parkir Lokawisata Baturraden.

"Masyarakat tidak lagi terpengaruh isu aktivitas Gunung Slamet yang masih berstatus Siaga (Level III). Ini patut disyukuri karena pengunjung sangat banyak," katanya.

Festival itu ditutup dengan pagelaran wayang kulit ruwatan semalam suntuk. Sebelumnya, diadakan juga Kompetisi video Kampung dan Camping ritual "Mbolang in Sasi Sura yang dilaksanakan di Kalipagu Desa Ketenger dan obyek wisata Pancuran Tujuh. Kegiatan itu sebagai pengganti pendakian massal Gunung Slamet yang biasanya dilakukan. (Idhad Zakaria/Ars)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya