Data Inflasi dan Kinerja Emiten Bikin IHSG Turun 12 Poin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 12,28 poin ke level 5.077,26 pada sesi pertama perdagangan saham Senin pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Nov 2014, 12:13 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) fluktuaktif dengan kecenderungan melemah pada sesi pertama perdagangan saham di awal pekan ini. Rilis data inflasi, neraca perdagangan Indonesia dan kinerja emiten kuartal III memberikan sentimen negatif ke bursa saham.

Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Senin (3/11/2014), IHSG turun 12,28 poin (0,24 persen) ke level 5.077,26. Indeks saham LQ45 melemah 0,21 persen ke level 866,26. Seluruh indeks saham acuan tertekan pada hari ini.

Pada pra pembukaan perdagangan saham hari ini, IHSG sempat sentuh level 5.102. Namun penguatan indeks saham pun terbatas sehingga akhirnya kembali ke zona merah. Di sesi pertama hari ini, IHSG berada di level tertinggi 5.103 dan terendah 5.072.

Ada sebanyak 148 saham melemah sehingga menekan IHSG. Akan tetapi, IHSG melemah terbatas didorong 107 saham berada di zona hijau. Sedangkan 80 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham hari ini sebanyak 102.172 kali dengan volume perdagangan saham 2,55 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,35 triliun.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan hari ini kecuali sektor saham perkebunan naik 0,89 persen. Lalu disusul sektor saham konstruksi naik 0,06 persen dan sektor saham keuangan naik 0,01 persen.

Adapun sektor saham yang tertekan antara lain sektor saham industri dasar melemah 1,67 persen. Disusul sektor saham manufaktur melemah 0,57 persen dan sektor saham perdagangan tergelincir 0,56 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 162 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi jual sekitar Rp 100 miliar.

Saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham MAIN turun 20,80 persen ke level Rp 2.475 per saham, saham CPIN turun 5 persen ke level Rp 3.990 per saham, dan saham JPFA melemah 7,17 persen ke level Rp 1.165 per saham.

Adapun saham-saham lapis kedua yang menguat antara lain saham KAEF naik 8,23 persen ke level Rp 1.250 per saham, saham ISSP menguat 5,68 persen ke level Rp 279 per saham, dan saham SIAP naik 3,91 persen ke level Rp 186 per saham.

Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan, pelaku pasar merespons negatif hasil kinerja emiten kuartal III 2014 dan rilis data ekonomi Indonesia mulai dari inflasi dan neraca perdagangan.

Menurut Satrio, rilis data inflasi Oktober ini di atas harapan pelaku pasar. Tekanan lainnya juga dari neraca perdagangan September 2014 yang lebih tinggi dari yang diharapkan pelaku pasar. Tercatat neraca perdagangan September 2014 alami defisit US$ 270,3 juta.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Oktober 2014 mencapai 0,47 persen, atau lebih tinggi dari bulan September 0,27 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,42.

Adapun laju inflasi year on year atau untuk periode September 2013 hingga September 2014 tercatat 4,83 persen. Sedangkan laju inflasi secara tahun kalender (year to date) tercatat 4,19 persen.

Selain itu, sejumlah emiten telah melaporkan kinerja pada akhir pekan lalu. Emiten dari sektor pakan ternak, PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI), PT Aneka Tambang Tbk yang merilis kinerja di bawah harapan telah menekan indeks saham di awal pekan ini.

"Pelaku pasar lebih merespons negatif rilis kinerja emiten, dan ditambah data ekonomi Indonesia," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com. (Ahm/)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya