Dolar Perkasa, Harga Minyak Tertekan

Sejumlah sentimen negatif menekan harga minyak termasuk Arab Saudi yang memotong biaya minyak yang diekspor ke Amerika Serikat.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Nov 2014, 06:03 WIB
Harga minyak dunia kembali tertekan seiring permintaan melambat, sedangkan produksi minyak melimpah dan kekhawatiran ekonomi global.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia tertekan seiring dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap mata uang utama lainnya. Hal itu mengurangi daya tarik minyak mentah yang dihargai dalam mata uang dolar terhadap investor memegang mata uang lainnya.

Harga minyak jenis light sweet untuk pengiriman Desember turun US$ 1,76 menjadi US$ 78,78 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember melemah US$ 1,08 menjadi US$ 84, 78 per barel. Demikian mengutip dari Xinhua, Selasa (4/11/2014).

Penguatan dolar mempengaruhi harga minyak. Dolar menguat terhadap mata uang utama lainnya pada Senin pekan ini di tengah spekulasi pasar kalau bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga. Sedangkan bank sentral di Eropa dan Jepang tetap memberikan stimulus moneter.

Rilis data manufaktur juga mewarnai perdagangan minyak. Sentor manufaktur zona Euro tetap dalam keadaan stagnasi pada Oktober. Indeks PMI naik sedikit menjadi 50,6 pada Oktober dari September di kisaran 50,3.
Sedangkan aktivitas sektor manufaktur AS tumbuh melambat pada Oktober. Indeks PMI tergelincir menjadi 55,9 dari September di kisaran 57,5.

Selain itu, Arab Saudi mengurangi biaya minyak yang diekspor ke Amerika Serikat untuk menghadapi peningkatan produksi minyak di Amerika utara telah menekan harga minyak.

Saudi Arabian Oil Co, produsen minyak milik negara telah memotong harga untuk diekspor ke AS. Trader melihat tindakan itu sebagai pertempuran untuk merebut pangsa pasar. (Ahm/)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya