Liputan6.com, Jakarta Tak menyangka profesi Sugiat bakal berurusan dengan para atlet nasional. Padahal sewaktu datang ke Jakarta tahun 1984, pria asal Solo ini tak tahu harus bagaimana. Maklum, saat itu usianya masih belasan. Sekolah pun tak mencapai gelar sarjana.
Suatu ketika, saat berteduh di sebuah toko di bilangan Cawang, Jakarta Timur, pria ini membaca sebuah koran berisi iklan yang sedang mencari para calon tukang pijat untuk dilatih.
Advertisement
"Waktu itu, tiba-tiba saja di tengah hujan itu seluruh tubuh saya terasa ada getaran. Gejolak ini seolah menyatakan bahwa saya harus ikut pelatihan yang diselenggarakan oleh Kemenpora,"ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com, ditulis Rabu (5/11/2014).
Akhirnya Sugiat mendaftar dan membayar biaya pelatihan tiga ratus ribuan. Uang yang tak sedikit di zaman itu. Namun, malam menjelang pelatihan Sugiat rupanya mendapatkan mimpi buruk hingga seluruh tubuhnya basah akibat keringat dingin.
"Saya bermimpi memijat mayat, lalu mayat itu bangun. Saya pikir Tuhan tidak menghendakinya, tapi saya sudah terlanjur membayar. Ya, sudah sayang bila saya mundur,"ujarnya.
Setahun Sugiat belajar tentang anatomi tubuh manusia dan cara memijat yang benar. Setelah itu banyak pengalaman luar biasa dijalaninya bersama para atlit Indonesia. Hingga kini sudah ribuan atlit ditanganinya. Berbagai negara bahkan sudah disambanginya karena dia harus mengikuti para atlit kemana mereka bertanding.
Satu hal yang paling menarik dari perjalanan itu, pelan-pelan tapi pasti Sugiat bisa memahami bagaimana cara memberi semangat seorang atlit di tengah kondisi fisik yang sudah tidak bugar lagi akibat pertandingan yang terus menerus dijalankan secara reli.
Suatu ketika, seorang atlit mendatanginya dalam keadaan cedera menjelang final di sebuah pertandingan internasional. Sang atlit tidak percaya diri dengan kondisi fisiknya yang merosot tajam dan terluka di bagian dalam.
"Kamu itu dibawa jauh ke luar negeri, dan tinggal sekali pertandingan sudah mau menyerah. Apa kamu rela lawannya membawa piala dengan gampang,"kata Sugiat pada seorang atlit yang kala itu sedang hendak masuk final dan mengalami cedera. Pelan-pelan dorongan semangat yang disampaikannya sambil memijat itu akhirnya membuat sang atlet berani menghadapi lawannya hingga akhir pertandingan dan bahkan memenangkan pertandingan tersebut.
Ya, itulah yang disebut dengan psikologi massage. Sugiat mengakui metode ini sangat efektif untuk membantu para atlit yang kerap kali jatuh semangatnya entah karena fisik yang tak lagi prima atau jauh dari keluarga, atau masalah lain. Akhirnya ia pun mengembangkan metode ini untuk membantu para atlet muda Indonesia yang biasanya masih labil secara emosi.