Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China telah melakukan berbagai upaya yang cukup keras untuk memastikan perannya sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (KTT APEC) berjalan lancar. Demi kesuksesan jalannya pertemuan para petinggi dari berbagai negara tersebut, pemerintah China bahkan membuat Beijing tampak mati suri.
Mengutip laman VOA News, Kamis (6/11/2014), pemerintah China bahkan meminta para penduduk Beijing untuk meninggalkan kota selama pertemuan APEC berlangsung. Tak tanggung-tanggung, pemerintah China menggelar APEC Holiday di mana seluruh sekolah, pabrik dan perkantoran di Beijing ditutup demi meredam kemacetan dan menjaga langit kota tetap biru.
Advertisement
Hal itu mendorong lebih dari 20 juta penduduk Beijing pergi meninggalkan kota.
Setiap harinya, Beijing merupakan kota yang dipenuhi kabut tebal. Asap kabut tersebut berasal dari kendaraan bermotor, mobil, dan asap sisa industri.
Pemerintah bahkan meminta upacara adat pembakaran pakaian orang meninggal untuk ditunda. Lagi-lagi demi menetralisir pencemaran udara yang sangat parah di Beijing.
Guna menjaga lalu lintas tetap lancar, pemerintah juga menyediakan jalur alternatif untuk kendaraan pribadi yang rutenya memutar hingga membuat masyarakat lebih memilih berlibur ke luar kota.
"Beberapa perusahaan yang dekat dengan perhotelan tempat tinggal para pimpinan negara juga harus ditutup," terang seorang warga Beijing.
Alhasil, beberapa agensi perjalanan online dibanjiri pesanan tiket dari para penduduk Beijing. Harga tiket pesawat domestik juga melonjak tajam dan sangat cepat terjual habis lantaran para penduduk memilih meninggalkan Beijing.
Sementara beberapa penduduk yang tetap tinggal di Beijing memilih jauh dari keramaian.
Kini menjelang datangnya para pimpinan negara ke China, Beijing telah menjadi kota yang indah tanpa kabut asap. Tak ada kemacetan dan kota dihiasi dengan langit biru serta penuh hiasan bunga. (Sis/Ndw)