Jokowi: K-Pop Berjaya, Industri Kreatif RI Terbengkalai

Presiden Jokowi mengungkapkan, Korea Selatan mampu membuat konsep kebijakan industri kreatif nasional sehingga mampu berjaya di negeri lain.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Nov 2014, 13:02 WIB
Ilustrasi Jokowi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, industri kreatif negara lain mampu berjaya di negeri orang. Tapi kondisi miris menimpa industri kreatif Indonesia. Di negaranya sendiri, pemerintah kurang serius menggarap industri kreatif di Tanah Air.

Dalam diskusi Kompas100 CEO Forum, Presiden Jokowi berbagi cerita menarik saat menonton konser grup band Korea Pop (K-Pop) Super Junior disingkat Suju hingga dua kali. Dia mampu memperoleh suatu pembelajaran saat menonton konser musik tersebut.

"Saya nonton Super Junior sampai dua kali. Saya melihat manajemen panggungnya, manajemen promosinya. Artinya kita negara itu mempersiapkan industri kreatifnya dengan baik sehingga bisa melanda negara lain," terang dia di Kompas100 CEO Forum di Jakarta, Jumat (7/11/2014).

Korea, kata Jokowi, telah merencanakan secara detail arah kebijakan industri kreatif nasional. Pelaku usaha di industri tersebut, sambungnya diberikan pelatihan seperti militer dan banyak dari mereka yang rontok.

"Jadi seluruhnya terkonsep, yang menjadi kekuatannya dipromosikan. Kalau industri musik, bikin konser nggak tanggung-tanggung, panggungnya seluas 200-300 meter," ujarnya.

Sedangkan Indonesia, Jokowi menegaskan, tak pernah menggarap serius industri kreatif nasional. Kemasan industri ini kurang menggairahkan, padahal potensinya sangat besar.

"Kita bikin konser musik saja lighting-nya lighting-lightingan, panggung-panggungan. Produk kreatif kita bagus, tapi kemasannya nggak pernah dipersiapkan," tambah dia.

Salah satu contoh, Jokowi bilang, produk animasi Indonesia laris manis diburu perusahaan industri kreatif luar negeri. Bahkan game terbesar di Indonesia asal Yogyakarta, Gameloft telah dijual ke negara lain.

"Tapi pemiliknya orang asing. Jadi mereka yang jual. Harusnya kan produk kita, yang bikin kita, yang jual juga mesti kita. Ada nilai tambah buat kita dan menyumbang pendapatan negara," tegas dia.

Menurut Jokowi, pengembang platform media sosial di Indonesia sangat kreatif. Sayangnya saat ingin mengembangkan usahanya, perbankan kurang antusias mendukung.

"Kita bisa kok mengalahkan si Mark Zukernberg (Pendiri Facebook) karena sebenarnya anak-anak Indonesia pinter, kreatif dan platform-nya sudah ada. Tapi mau nggak perbankan kita suntikkan dana ke mereka? Wong mau pinjam uang saja, sudah ditanya agunanmu apa, prospeknya bagaimana. Jadi ini yang kita mau carikan jalan keluarnya," pungkas Jokowi. (Fik/Ahm)


Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya