Jokowi: Kemitraan Indonesia-China Harus Bermanfaat bagi Rakyat

Jokowi mengatakan, kemitraan strategis komprehensif jika diwujudkan akan memberikan keuntungan bagi rakyat kedua negara.

oleh Liputan6 diperbarui 09 Nov 2014, 11:32 WIB
Presiden Jokowi bertemu Menlu Republik Rakyat China, Wang Yi, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (3/11/2014). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Beijing - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan pihaknya ingin hubungan Indonesia-China yang telah menjadi mitra strategis komprehensif dapat lebih nyata diwujudkan sehingga akan bermanfaat bagi rakyat kedua negara.

"Hubungan Indonesia dan Tiongkok, telah berjalan sejak ratusan tahun silam, ini menjadi modal bagi kedua negara untuk menjadi mitra strategis komprehensif. Ke depan, saya ingin, kemitraan strategis yang komprehensif ini dapat semakin konkret," kata Jokowi saat bertemu Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing, Minggu (9/11/2014).

Dalam pertemuan yang berlangsung di Balai Agung Rakyat itu, Jokowi didampingi Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, dan Wakil Ketua DPD GKR Hemas.

Jokowi menambahkan, kemitraan strategis komprehensif jika diwujudkan akan memberikan keuntungan bagi rakyat kedua negara.

Pada kesempatan itu, Jokowi menyampaikan pula terima kasih atas undangan yang diberikan Presiden Xi Jinping untuk hadir dalam pertemuan ke-22 pimpinan ekonomi APEC yang akan berlangsung mulai Senin besok selama 2 hari. Sedangkan Jokowi mengundang Presiden Xi Jinping untuk hadir pada peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika.

Indonesia dan Tiongkok menjadi mitra srategis yang dikukuhkan melalui kesepakatan bersama yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Tiongkok Hu Jintao pada 25 April 2005.

Kedua negara kemudian sepakat meningkatkan sebagai mitra strategis komprehensif pada Oktober 2013, saat Presiden Tiongkok Xi Jinping melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.

Sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, kini Tiongkok tercatat memiliki cadangan devisa dalam mata uang asing sekitar US$ 3,5 triliun. Namun dengan potensi yang dimiliki, investasi yang ditanamkan Tiongkok ke Indonesia hingga 2012 baru mencapai US$ 2,02 miliar, demikian data dari China-ASEAN Business Council.

Padahal sebagai negara terbesar di Asia Tenggara dengan total GDP mencapai US$ 1 triliun plus pertumbuhan ekonomi yang positif, perbaikan iklim investasi didukung stabiltas politik yang relatif stabil, Indonesia bisa dapat menjadi negara tujuan yang menarik bagi investor asing, terutama dari Tiongkok.

Di sektor perdagangan total nilai yang dicapai Indonesia-China pada 2012 tercatat 66,6 miliar dolar AS, dan diharapkan meningkat 80 miliar dolar AS pada 2015. Bandingkan dengan volume perdagangan Tiongkok-Malaysia, negara kedua di Asia Tenggara yang akan dikunjungi Xi Jinping, yang ditargetkan mencapai US$ 100 miliar dolar AS pada kurun waktu yang sama. (Ant/Riz)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya