Iran, AS dan Uni Eropa Lanjutkan Pembahasan Nuklir

Pembicaraan tersebut bertujuan untuk membatasi program pengayaan uranium Iran sebagai imbalan atas pencabutan sanksi bertahap.

oleh Anri Syaiful diperbarui 10 Nov 2014, 06:55 WIB
Menlu AS John Kerry dan Menlu Oman Yussef bin Alawi. (Reuters/Nicholas Kamm)

Liputan6.com, Muscat, Oman - Pembahasan nuklir Iran kembali digelar. Kali ini Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif memulai pembicaraan nuklir dengan Menlu Amerika Serikat John Kerry dan utusan Uni Eropa Catherine Ashton di Muscat, Oman, Minggu 9 November waktu setempat.

"Pembicaraan tersebut bertujuan untuk membatasi program pengayaan uranium Iran sebagai imbalan atas pencabutan sanksi bertahap. Pertemuan itu berlangsung 2 pekan menjelang batas waktu untuk mencapai kesepakatan yang komprehensif pada 24 November mendatang," demikian pernyataan seorang pejabat senior AS seperti dikutip dari Reuters, Senin (10/11/2014).

Ia menjelaskan, masalah yang belum terselesaikan mengenai keseluruhan kapasitas pengayaan uranium Iran, kurun waktu perjanjian jangka panjang dan kecepatan di mana sanksi internasional akan dihapus.

Pejabat senior AS itu menambahkan, pembicaraan tiga arah tersebut menjadi pertemuan penting dengan fokus membuat kemajuan untuk memenuhi tenggat waktu. Ia pun mengatakan masih terdapat kesenjangan besar pada kedua belah pihak.

Sementara, berbicara kepada televisi pemerintah Iran saat kedatangannya di Muscat, Menlu Zarif menegaskan sanksi terhadap Iran tidak menghasilkan apa pun bagi Barat.

"Kita perlu mencapai solusi atas dasar saling menghormati dan kerja sama. Jika Barat tertarik mencapai solusi tersebut, ada kemungkinan untuk menemukan solusi dan mencapai pemahaman sebelum 24 November," ucap Zarif.

Iran Ingin Sanksi Dicabut

Bulan silam, Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran Alaeddin Boroujerdi mengatakan, negaranya ingin semua sanksi Barat dicabut sebelum mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya sebelum tenggat November ini.

Ia mengatakan usulan AS terkait pencabutan bertahap sanksi tidak dapat diterima. "Jika kita ingin kesepakatan definitif pada tanggal 24 November, harus ada pencabutan segera (seluruh) sanksi," kata Alaeddin Boroujerdi dalam konferensi pers di Paris, Prancis, Rabu 29 Oktober 2014, seperti diwartakan AFP.

Pernyataan itu disampaikan di tengah upaya gencar guna mencapai perjanjian akhir. 6 Negara perunding dengan Iran, yakni Inggris, China, Prancis, Rusia, AS dan Jerman, yang dikenal sebagai P5+1, menetapkan 24 November 2014 sebagai batas untuk kesepakatan nuklir Iran.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya