Hormon Perempuan Dominan, Pria Ini Jadi Waria

Bukan karena salah asuh atau lingkungan, hormon perempuan di dalam tubuhnya buat ia memilih menjadi waria.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 12 Nov 2014, 10:00 WIB
Beragam pakaian yang unik ikut ditampilkan para waria dalam Karnaval Seni Budaya DKI Jakartaacara Karnaval Seni Budaya DKI Jakarta, Minggu (2/11/2014). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta Ipunk kecil tak tahu mengapa saat kecil ia suka bermain peralatan make-up dan pakaian milik ibu dan kakak perempuannya padahal secara fisik ia dilahirkan sebagai laki-laki. Kala itu ia tak memusingkan perbedaan tersebut namun saat besar ia mengetahui bahwa kadar hormon dalam tubuhnya lebih dominan perempuan.

"Kebetulan dulu nenek dan ibu adalah perias pengantin. Jadi saya suka sembunyi-sembunyi corat-coret pensil alis. Lalu saya suka sembunyi2 pakai rok  rok mbakku, kan bentuk rok mekrok (mengembang) kan lucu. Kalau dulu belum pernah ada high heels kan ya, jadi sandal jepit saya pasangi di bawahnya batu baterai ukuran besar itu lalu mencoba jalan," terangnya sambil mengingat-ingat kenangan puluhan tahun silam.

Saat itu, ia memang tak memikirkan perbedaan tersebut. Termasuk saat teman-teman mempertanyakan mengapa ia suka hal-hal berbau perempuan. "Saya jawab ' yo ben tho. Kan beda-beda' (ya tidak apa tho. Kan beda-beda)," ungkapnya saat ditemui Health-Liputan6.com pada Selasa (11/11/2014).

Perubahan yang terasa pada saat masuk SMP. "Saat itu saya merasa lebih nyaman jika kumpul dengan laki-laki. Kulit pun kok rasanya lebih halus. Nah sejak saat itu baru merasakan ada apa ini," terang wanita pria asal Banyuwangi ini.

Sejak kepindahannya ke Jakarta baru ia melakukan pemeriksaan medis. Diketahui ternyata hormon pria dan wanita di dalam tubuhnya imbang bahkan dominan.

Sehingga bukan karena faktor salah asuh, lingkungan, ataupun sulitnya mencari pekerjaan. Namun ia merasa lebih nyaman dengan dirinya sebagai perempuan meski berfisik laki-laki.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya