Liputan6.com, Tiongkok - Untuk kali pertama, Presiden Joko Widodo atau Jokowi unjuk gigi di muka dunia internasional. Panggung KTT APEC menjadi pengalaman perdana Presiden ke-7 RI di hadapan para pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Jokowi menjadi bintang. Media AS Wall Street Journal melaporkan, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut disebut sebagai "primadona".
"Pak Widodo adalah 'primadona' pada forum internasional Asia ini," ujar CEO Perusahaan Konsultan BowerGroupAsia, Ernest Bower, seperti Liputan6.com kutip dari Wall Street Journal, Rabu (12/11/2014).
Pada hari pertama KTT APEC, Senin 11 November 2014, Jokowi mendapat kesempatan untuk memberikan presentasinya soal Indonesia. Ini juga menjadi yang kali pertama Jokowi berbicara menggunakan bahasa Inggris di hadapan pemimpin dunia, Obama dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Mantan Walikota Solo tersebut berpidato tanpa menggunakan naskah alias tanpa menyontek.
"Ladies and Gentlemen, all CEOs. Good Morning, on behalf of Indonesian government and the people of Indonesia, I would like to thank you for coming to my presentation (Selamat pagi, atas nama Pemerintah Indonesia dan Bangsa Indonesia, saya ucapkan terima kasih atas kehadiran Anda pada presentasi saya ini)" ujar Jokowi di KTT APEC, Beijing.
"Today I'm happy and very happy, to be among with you, cause you know, I was a businessman years ago, so this morning, I am very happy because we can talk about business, about investment, with all of you."
Jokowi juga menjelaskan soal profil Indonesia, seperti jumlah pulau, luas wilayah, dan potensi Tanah Air. Presiden juga menjelaskan kebijakannya untuk mengalihkan subsidi BBM yang sangat besar ke sektor-sektor produktif misalnya pertanian dan perikanan. Dia berkali-kali mengajak para pemimpin dunia dan CEO sejumlah perusahaan untuk berinvestasi di Indonesia. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu memaparkan program pembangunan di Indonesia, seperti pelabuhan laut.
"Imagine, we have 17.000 islands, 17.000 islands. We will build seaport. This your opportunity (Bayangkan, Indonesia punya 17.000 pulau, ini adalah kesempatan bagi Anda untuk berinvestasi)," urai Presiden Jokowi yang mempromosikan rencana pembangunan tol laut di Indonesia.
Pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana memuji cara Jokowi berpidato menggunakan bahasa Inggris, terlebih tanpa menggunakan naskah pidato. Menurut dia, gaya bahasa Inggris Jokowi natural, apa adanya. Juga merepresentasikan cara berbicara orang Indonesia berbicara bahasa Inggri pada umumnya.
"Bahasa Inggris-nya (Jokowi) sebetulnya nggak canggih seperti Pak SBY, tapi dalam kapasitasnya 'Pak Jokowi adalah kita', kita memang bahasa Inggris-nya nggak canggih-canggih," ujar Hikmahanto.
"Justru kalau Jokowi bahasa Inggris-nya kayak Amerika, nanti orang curiga, ada hubungan apa Jokowi dengan Amerika," imbuh Guru besar hukum internasional Universitas Indonesia (UI) itu.
Advertisement
Presiden Jokowi, Ibu Negara Iriana, dan Presiden Obama mengenakan pakaian khusus di KTT APEC, Beijing, Tiongkok. (Sekretariat Kabinet)
Menurut Hikmahanto, kemampuan bahasa Inggris Jokowi wajar. Karena ayah 3 anak tersebut memang tak pernah tinggal di luar negeri. "Pak Jokowi nggak pernah di luar negeri, dia nggak seperti anak muda sekarang yang terekspos (bahasa Inggris)," ucap pria berkacamata itu.
"Medoknya nggak masalah, orang Australia pakai logatnya juga nggak masalah. Apa adanya saja, kalau memang itu bahasa Inggris Pak Jokowi. Sepanjang informasi yang di kepalanya tersampaikan," tandas Hikmahanto.
Presiden East-West Center, organisasi yang berfokus pada dunia pendidikan dan penelitian Charles E Morisson memuji pidato Jokowi. Menurut dia, presentasi Jokowi soal tawaran investasi berjalan sangat baik dengan bahasa Inggris yang simpel, menggunakan pointer-nya sendiri.
"Jokowi spoke at CEO Summit in excellent, simple Eng, no notes, using own pointer and ppt control, focused on investmt opps.@APEC_CEOsummit (Gaya bicara Jokowi simpel, menggunakan pointer dan power poin serta berfokus pada investasi," kicau Charles E Morisson dalam akun Twitter-nya, @charmorrison.
Ben Rhodes, Deputi Penasihat Keamanan Nasional untuk Komunikasi Strategis untuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama menilai pidato Jokowi mengesankan. Kata dia, itu merupakan langkah yang baik untuk menjalin hubungan bilateral pertamanya dengan Amerika Serikat.
"POTUS (President of The United States) had a good first bilat here in China with Indonesia - a key strategic partner for the US. Pres Joko Widodo is an impressive reformer (Presiden Amerika Serikat telah memulai hubungan baik dengan Indonesia di China. Indonesia merupakan mitra strategis Amerika Serikat. Presiden Joko Widodo adalah pembaharu yang mengesankan)," tulis Ben dalam akunnya, @rhodes44.
Jokowi (pemimpin kedua dari kanan) diapit Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama (Reuters)
Jokowi Jadi 'Rebutan'
Selain dipuji karena pidatonya, Jokowi mendapat tempat terhormat, berada di tengah-tengah pemimpin negara paling berpengaruh di dunia. Jokowi berdiri diapit di antara Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Presiden China Xi Jinping, dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sesi foto berlangsung sangat meriah. Para pemimpin dunia yang datang satu per satu disambut tarian dan lampu warna-warni di sepanjang jalan menuju arena Watercube.
Presiden Jokowi datang bersama Ibu Negara Iriana dengan memakai baju khas Tiongkok berwarna merah marun. Keduanya berbaur dengan pemimpin negara lain dan berbincang hangat.
Saat sesi foto dimulai, Presiden Jokowi berada di deretan depan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin, lalu Presiden China Xi Jinping dan istri di sebelahnya, di sebelahnya lagi Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana, baru Presiden Obama dan istinya Michelle. Mereka menggunakan pakaian dengan motif dan warna senada.
Di Hotel Kempinski, Beijing, Selasa (11/11/2014), Jokowi sempat menyampaikan makna dari posisinya saat sesi foto bersama pemimpin APEC itu. "Kamu harus lihat tadi misalnya makan malam seperti ini kenapa kanan saya Presiden Xi Jinping, kemudian di sana ada Pak Obama, di kirinya ada Pak Putin. Saya ada di mana?" kata Jokowi.
Saat ditanyakan makna posisi fotonya, Jokowi menjawab, "itu simbol, itu harus dibaca. Kita jadi rebutan gitu loh."
Kendati demikian, Presiden Jokowi menegaskan bakal setia pada konstitusi. "Di tengah gitu, bebas aktif. Kamu jangan keluar dari rel konstitusi," ujar Jokowi.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana juga menafsirkan hal yang sama. Kata dia, posisi berdiri Jokowi itu dapat dimaknai bahwa Indonesia jadi rebutan 2 negara besar yakni AS dan Tiongkok.
"Memang dari perspektif Indonesia posisi berdiri (Jokowi) ini dapat dimaknai sebagai Indonesia menjadi 'rebutan' 2 negara besar, AS dan Tiongkok. Ini tentu membuat Indonesia tersanjung," kata Hikmahanto.
Presiden Jokowi (kanan) bersama Presiden Obama, Presiden Xi Jinping, dan Presiden Rusia Vladimir Putin (Xinhua)
Namun posisi berdiri ini seharusnya dilihat juga dari perspektif tuan rumah, yaitu Tiongkok. Perspektif Tiongkok penting karena sebagai tuan rumah maka tuan rumah yang 'mengatur' posisi.
Hal ini pernah dilakukan oleh Presiden RI sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono, pada KTT East Asia Summit (EAS) 2011, ketika terjadi ketegangan antara AS dan Tiongkok terkait masalah Laut Cina Selatan. Indonesia saat itu menjadi tuan rumah KTT EAS 2011.
"Secara sengaja SBY mendudukan Presiden AS dan PM China Wen Jiabo bersebelahan. Tujuannya, agar ketegangan dapat cair melalui komunikasi informal kedua kepala pemerintahan," ucap Hikmahanto.
Untuk itu, kata Hikmahanto, posisi Jokowi juga bisa dilihat dari perspektif Indonesia sebagai penengah. Di sini, kata Hikmahanto, Tiongkok membutuhkan pihak ketiga dalam menyikapi ketegangan Tiongkok dengan negara-negara lain, termasuk AS. Dan pihak ketiga itu adalah Indonesia melalui personifikasi Jokowi.
Masih kata Hikmahanto, sebenarnya sebagai presiden negara besar, Obama sepantasnya berdiri di samping Xi Jinping selaku tuan rumah KTT APEC. Namun untuk menghindari kesan bahwa ketegangan terselesaikan dengan penyelenggaraan KTT APEC, maka Presiden Jokowi diposisikan di antara 2 negara besar yang terlibat dalam ketegangan.
"Di sini Indonesia memang dijadikan negara yang netral dan dapat berperan sebagai juru damai yang jujur. Peran ini yang telah dibangun Presiden SBY dan diapresiasi oleh masyarakat internasional," ucap dia.
Oleh karena itu, banyak negara lain berharap Jokowi memiliki peran yang sama dalam membawa Indonesia sebagai negara juru damai. Sebab peran penting Indonesia itu harus terus dilanjutkan oleh Jokowi. "Presiden Jokowi harus menyampaikan kepada masyarakat internasional bahwa peran tersebut akan tetap diemban," tukas Hikmahanto.