Liputan6.com, Mali - Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf mencabut status darurat Ebola. Karena saat ini jumlah infeksi baru tidak lagi meningkat. Namun dia menegaskan bahwa perjuangan melawan wabah itu belum usai.
Sampai saat ini, korban tewas secara global sudah mencapai 5.160 orang, kebanyakan berada di Liberia, Guinea dan Sierra Leone. "Kami akan mengurangi pemberlakuan jam malam, dan pasar mingguan bisa dibuka lagi di Liberia," kata Presiden Johnson Sirleaf dalam pidatonya seperti dimuat BBC, Jumat (14/11/2014).
Sirleaf menuturkan, persiapan untuk kembali membuka sekolah-sekolah juga sedang dilakukan.
Pencabutan status darurat ini dilakukan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada bukti-bukti yang menunjukan infeksi Ebola tidak lagi meningkat secara nasional di Guinea dan Liberia. Namun, sejumlah laporan menyebutkan bawa ada virus telah muncul di daerah-daerah baru Liberia.
Advertisement
"10 Dari 15 distrik di Liberia telah melaporkan tidak ada kasus baru sejak Minggu 9 November," tutur Sirleaf.
Namun saat ini yang paling banyak terinfeksi ebola berada di Sierra Leone. WHO mengungkap, telah terjadi peningkatan tajam dalam jumlah kasus Ebola di wilayah itu. 421 Infeksi baru dilaporkan pekan ini.
Salah satu klinik ebola terkemuka Mali di ibukota, Bamako, bahkan terpaksa ditutup, menyusul kematian seorang perawat. Sementara lebih dari 90 orang lainnya dikarantina.
Liberia adalah salah satu negara yang terkena dampak terparah dari virus Ebola. Status darurat untuk negara itu diumumkan pada Agustus lalu.
Otoritas lokal pun mengendalikan aktivitas warga di daerah-daerah yang terkena dampak parah Ebola, termasuk ibukota Monrovia. Tiga negara Afrika yang paling banyak warganya terinfeksi berada di Guinea dan Sierra Leone, Liberia adalah paling parah oleh epidemi.
Ebola tidak menular melalui udara, namun melalui cairan tubuh seperti darah dan muntah. (Mut)