Liputan6.com, Denpasar - Sekitar 500 warga Bali menggelar parade budaya di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Shandi, kawasan Renon, Kota Denpasar. Pagelaran seni budaya itu dibuat sebagai bentuk dukungan terhadap rencana proyek revitalisasi Teluk Benoa. Proyek seluas 700 hektare itu sedang memasuki uji Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).
Pantauan Liputan6.com, Senin (17/11/2014), parade budaya itu digalang kelompok yang tergabung dalam Forum Bali Shanty (ForBALI's). Ratusan peserta kemudian membentuk parade bernuansa adat Bali berjalan menuju podium.
Peserta terlihat kompak mengenakan pakaian adat Bali diiringi dengan alat musik tradisional seperti gendang, gong, dan suling. Tak hanya itu, tarian Bali secara khusus disuguhkan yang sontak menarik perhatian pengunjung monumen. Sesekali peserta kompak berteriak. "Ayo, dukung revitalisasi."
Sementara, peserta remaja putri yang juga mengenakan pakaian adat Bali tampak sibuk membagi-bagikan brosur berisi fakta rencana revitalisasi Teluk Benoa kepada pengunjung lapangan.
Dalam brosur berukuran A3 lipat enam tersebut berisi penjelasan lengkap tentang pentingnya revitalisasi Teluk Benoa. Di dalamnya terdapat lima rasionalitas urgensi revitalisasi Teluk Benoa. Yakni, pertanyaan umum mengenai proyek revitalisasi, pertanyaan dalam konteks teknis, pertanyaan dalam konteks lingkungan, pertanyaan dalam konteks ekonomi, serta pertanyaan dalam konteks sosial dan budaya.
"Selama ini masyarakat Bali disuguhkan dengan informasi yang menyesatkan tentang rencana revitalisasi Teluk Benoa. Kami sangat prihatin atas opini yang dibentuk oleh berbagai kelompok yang ditunggangi kepentingan tertentu," ucap Wijaya selaku koordinator ForBALI's (Forum Bali Shanty) di Denpasar, Senin (17/11/2014).
Wijaya menambahkan, opini tersebut tidak punya dasar yang jelas. "Semuanya hanya berdasarkan isu yang dibuat-buat. Karena itu, kami telah menghimpun informasi berdasarkan fakta yang sesungguhnya tentang manfaat revitalisasi Teluk Benoa. Semua fakta tersebut kami tuangkan dalam brosur yang kami bagikan."
Tak hanya itu, mereka juga membentangkan spanduk raksasa bertuliskan 'Masyarakat Bali Dukung Revitalisasi Teluk Benoa". Sementara itu, puluhan penabuh dari Seka Tabuh Pada Liang dan gabungan seniman tradisional Kabupaten Badung turut menyemarakkan acara dengan tajuk Genjek Dukung Revitalisasi Teluk Benoa. Penampilan dua penari putri dalam Genjek Dukung Revitalisasi Teluk Benoa menambah semarak suasana.
Advertisement
Wijaya menjelaskan pula alasan mereka menggunakan kata revitalisasi, bukan reklamasi. Sebab Teluk Benoa itu dahulu pulau yang anggun, tapi sekarang kondisinya sudah hancur oleh berbagai faktor. Makanya, investor akan mengembalikan kembali Pulau Pudut ke sediakala, sesuai dengan kontur tanah di Teluk Benoa.
"Jadi ini merevitalisasi Teluk Benoa yang sudah hancur, memulihkan kembali Teluk Benoa yang sudah hancur seperti sedia kala. Caranya melaui apa? Ada banyak cara salah satunya reklamasi. Itu mengapa kami menggunakan kata revitalisasi."
"Karena proyek ini tidak hanya melakukan pengurukan tanpa memperhatikan kontur di Teluk Benoa, atau proyek ini tidak hanya sekadar membangun Pulau Baru seperti yang terjadi di serangan atau di Pantai Indah Kapuk di Jakarta," papar Wijaya.
Pro-Kontra Reklamasi Teluk Benoa
Dalam orasi di atas mimbar Gede Wijaya menjelaskan bahwa ia sangat menghargai adanya dinamika yang berkembang terkait pro dan kontra reklamasi Teluk Benoa. Namun Wijaya mengajak seluruh masyarakat Bali untuk mencermati mana yang isu dan mana yang fakta.
Menurut Wijaya, apa yang diinformasikan oleh ForBALI's adalah data dan fakta berdasarkan kajian akademis.
Wijaya juga mengajak masyarakat Bali untuk menghormati Guru Wisesa (ajaran Hindu mengenai empat guru yang harus dihormati) yakni pemerintah dalam hal ini Gubernur Bali. Apa yang diprogramkan oleh pemerintah tentu tujuannya untuk menyejahterakan rakyat. Salah satu contohnya kecil dari dampak positif revitalisasi Teluk Benoa yakni mampu menyerap tenaga kerja kurang lebih 250 ribu tenaga kerja baik selama pengerjaan dan selama beroperasinya kawasan tersebut sebagai destinasi pariwisata Bali.
Pada kesempatan tersebut juga hadir I Gusti Ngurah Bagus Muditha, Ketua Yayasan Bali Bagus yang turut menyampaikan orasi. Muditha mengapresiasi adanya antusias masyarakat Bali yang mendukung revitalisasi.
Menurut dia, sekarang sudah semakin banyak masyarakat Bali yang sadar bahwa revitalisasi Teluk Benoa memberikan manfaat yang sangat besar, baik manfaat secara lingkungan, ekonomi, social dan budaya.
"Pemerintah tentu tidak ceroboh dalam mengambil keputusan terkait program revitalisasi Teluk Benoa. Hasil kajian 7 universitas terkemuka di dalam negeri telah menyatakan Teluk Benoa layak direvitalisasi. Sebab jika tidak segera dilakukan revitalisasi justru akan membawa dampak yang lebih buruk terhadap lingkungan di Teluk Benoa. Semakin lama, sedimen lumpur yang berbaur dengan polusi di Teluk Benoa semakin banyak. Kalau tidak segera direvitalisasi, mangrove yang ada di sana akan punah," tutur Muditha.
Ni Putu Damayanti (35), salah seorang pengunjung lapangan Renon menyampaikan kesan positifnya terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh ForBALI’s.
"Setelah saya baca brosur yang dibagi, baru saya tahu ternyata revitalisasi Teluk Benoa itu memang harus dilakukan. Selama ini sih emang kita hanya disuguhi isu yang nggak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sekarang saya tidak ragu lagi mendukung revitalisasi Teluk Benoa. Saya dukung ya karena saya paham," ungkap Putu Damayanti. (Ans/Yus)