BBM Naik, Harga Ponsel Tetap Stabil

Kenaikan harga BBM tidak akan secara langsung mempengaruhi harga jual ponsel di pasar Indonesia.

oleh Adhi Maulana diperbarui 18 Nov 2014, 17:22 WIB
Penyelenggara Indocomtech 2014 mengakui bahwa tingginya aktivitas transaksi jual-beli tidak bisa dihindari dalam sebuah pameran.

Liputan6.com, Jakarta - Langkah strategis pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang diambil oleh pemerintahan Jokowi - Jk dipastikan berdampak pada banyak lini industri, tak terkecuali lini industri perangkat mobile.

Naiknya harga BBM jenis Premium (Rp 6.500 menjadi Rp 8.500) dan Solar (Rp 5.500 menjadi Rp 7.500) umumnya akan diiringi kenaikan harga-harga produk lainnya.

Namun menurut Djatmiko Wardoyo, Marcomm Director Erajaya Group,  kenaikan harga BBM tidak akan secara langsung mempengaruhi harga jual ponsel di pasaran.

"Dalam menentukan harga jual kan, dipengaruhi banyak faktor, mulai dari pajak, biaya marketing, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk kenaikan BBM, hanya akan berpengaruh pada faktor distribusi dan ekspedisi perangkat (transportasi). Nah, kontribusi untuk faktor transportasi itu hanya di bawah 0,2% dari total penentuan harga jual. Sangat kecil sekali, tidak signifikan mempengaruhi harga jual," jelas Djatmiko ketika dihubungi tim Tekno Liputan6.com melalui saluran telepon, Selasa (18/11/2014).

Lebih lanjut Djatmiko menjelaskan: "Bila kita lihat, artinya kenaikan harga BBM yang mencapai lebih dari 35% itu hanya akan berdampak pada faktor distribusi dan ekspedisi produk (transportasi). Itu pun telah kita perhitungkan kenaikannya hanya akan mencapai 0,07%."

Pihak Erajaya sendiri, ungkap Djatmiko, mendukung langkah pemerintah menaikan harga BBM. Namun, diharapkan langkah pengalihan subsidi BBM dapat tepat sasaran, dan memberi dampak positif pada pertumbuhan infrasturktur di Indonesia.

"Kami mendukung, karena kita tahu subsidinya sudah terlalu besar ke BBM. Kami harap pengalihan subsidinya bisa diarahkan ke bidang konstruktif dan membangun infrastruktur-infrastruktur yang mendukung industri," lanjut Djatmiko. (dhi/isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya