Hipmi: Wajar Rakyat Tolak BBM Naik karena Belum Mengerti

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mengapresiasi langkah pemerintah yang dinilai berani menaikkan harga BBM.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 19 Nov 2014, 01:03 WIB
BBM naik, SPBU diserbu. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Bengkulu - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dan solar sebesar Rp 2 ribu. Harga premium saat ini menjadi Rp 8.500 dan solar menjadi Rp 7.500.

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mengapresiasi langkah pemerintah yang dinilai berani menaikkan harga BBM.

Ketua Umum (Ketum) Hipmi Raja Sapta Ontohari mengakui pemerintahan Jokowi-JK sudah mengambil langkah tepat dan berani dengan mengkoreksi harga BBM untuk direlokasi kepada kepentingan yang lebih besar.

"Kami mengapresiasi keberanian pemerintah menaikkan harga BBM. Tantangannya pemerintah harus bisa memberikan transparansi pengalihan subsidi ini kepada program yang menjadi prioritas agar tidak terjadi gejolak," ujar Onto usai melantik kepengurusan DPD Hipmi di Bengkulu (18/11/2014).

Kenaikan harga BBM ini ditolak sebagian rakyat. Menurut Onto, hal itu wajar karena mereka belum mengerti alasan dari kebijakan yang ditempuh Jokowi tersebut.

"Jika hari ini terjadi penolakan di mana-mana itu wajar, karena rakyat belum mengerti," ujar Raja Sapta Ontohari.

Namun demikian, Onto menilai kenaikan harga BBM berbanding lurus dengan kenaikan angka kemiskinan. Masyarakat kalangan menengah ke atas tidak terlalu merasakan dampaknya. Tetapi warga menengah ke bawah akan merasakan langsung pergerakan kenaikan harga kebutuhan pokok.

Untuk itu, dia meminta pemerintah untuk memperhatikan secara serius dan mengawasi secara ketat relokasi hal tersebut. Sehingga tepat sasaran. Rakyat yang berhak menerima uang kompensasi dari kenaikan harga BBM.

"Apakah relokasi subsidi itu tepat sasaran, rakyat harus tahu. Ini untuk meredam gejolak," tandas Onto. (Riz/Nan)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya