Liputan6.com, Jakarta Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar per tanggal 18 November 2014 dirasa oleh sebagian masyarakat memberatkan. Tak cuma harga BBM yang meningkat, harga barang-barang dan tarif kendaraan pun meningkat dengan pendapatan yang tetap.
Di sisi lain, masih banyak warga yang tak masalah mengeluarkan banyak rupiah setiap hari demi mengonsumsi hal yang jelas-jelas merugikan diri sendiri serta orang lain. Rokok.
Advertisement
Lalu apakah kenaikan harga BBM memberi dampak terhadap kebiasaan merokok pada masyarakat? Mereka memberikan jawaban.
1. Jupri - Security
"Sekarang beli bensin eceran sudah Rp 10.000, uang transpor sama jajan anak juga nambah. Ya kemarin jadinya saya beli rokoknya eceran saja, biar nggak terasa mahal"
2. Johar - Tukang ojek.
"Penghasilan sehari gak tentu, bisa Rp 80.000. Kalau dulu beli bensin 30.000 udah dapet sekarang mana cukup segitu, butuh Rp 40.000-an lah. Sisanya buat beli rokok sama dikasih ke orang rumah.
Sekarang mikir juga sih kalau mau merokok. Paling diusahain setengah bungkus sehari. Susah juga soalnya kalau langsung ngurangin rokok."
3. Awin - pekerja harian lepas
"Mau harga BBM naik, kebutuhan lain naik mah nggak ada dampaknya sama kebiasaan merokok saya. Namanya juga udah kebiasaan sih ya, susah dilepas. Tetap saja beli rokok, setiap hari paling habis Rp 13.000. Tapi kalau merokok lihat-lihat situasi juga kan penghasilan tidak setiap hari. Yak kalau bisa beli rokok merokok, kalau tidak ya manyun."
4. Totok - Tukang ojek
"Habis BBM naik harga-harga pada naik mbak, uang saya juga nggak seberapa dari ngojek. Ya paling ngrokok satu-dua linting sehari. Daripada beli satu bungkus rokok mending uangnya buat beli susu anaka saja deh."