Kedai Digital, Jadi Raja Percetakan Usai Kena Bencana Gempa

Saptuari Sugiharto, pria yang sukses saat putus asa usai menjadi korban bencana gempa bumi di Yogyakarta pada 2006 lalu.

oleh Nurmayanti diperbarui 20 Nov 2014, 16:34 WIB
Saptuari Sugiharto, pria asli Yogyakarta yang sukses di saat putus asa usai menjadi korban bencana gempa bumi di Yogyakarta pada 2006 lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi korban bencana bukan hal yang bisa diprediksi dan mungkin hal yang tak diinginkan banyak orang. Namun, bila Tuhan berkehendak apa daya manusia.

Kehilangan berbagai hal dalam hidup harus dihadapi mereka yang menjadi korban bencana. Jika awalnya sangat sulit, tapi manusia dituntut harus tetap bangkit menatap masa depan.

Itu yang ditanamkan dalam diri Saptuari Sugiharto, pria asli Yogyakarta yang sukses di saat putus asa usai menjadi korban bencana gempa bumi di Yogyakarta pada 2006 lalu.

Di tengah keputusasaan, dia kembali menata hidup melalui usahanya Kedai Digital Saptuari. Usahanya bergerak pada bisnis cetak mug, pin, jam dinding ataupun t-shirt terbukti menuai untung menggiurkan. Berikut kisahnya mengutip laman Studentpreneur.com, Kamis (20/11/2014):

Putus Asa karena Gempa Bumi

Seperti pria kebanyakan, Saptuari Sugiharto merupakan karyawan biasa. Sebelum membuat Kedai Digital, dia hampir 9 kali gonta-ganti pekerjaan sebagai karyawan.

Mulai dari menjadi penjaga koperasi, penjual ayam kampung, penjual batik, penjual stiker, marketing radio, perusahaan operator seluler sampai karyawan di perusahaan Informasi Teknologi (IT). Seringkali berganti pekerjaan, membuatSaptuari sadar jika memang tidak cocok bekerja kantoran.

Dari sini, perjalanan usahanya pun dimulai, dengan menjajaki berbisnis digital printing pada 2004. Inspirasinya muncul saat masih bekerja sebagai EO sebuah event.

Dia kerap kali melihat beberapa penonton rusuh karena berebut merchandise. Disadarinya, sebenarnya merchandise itu yang banyak dicari para fans. Pikirannya berkata, kalau bisa membuat merchandise sendiri kenapa tidak?.

Akhirnya, pada 2004 Saptuari bersama 2 karyawannya membuat bilik kecil untuk membuat Kedai Digital. Kala itu, karyawannya adalah 1 designer dan satu petugas front office.

Pertama kali buka, Saptuari harus mengalami jatuh bangun, bahkan tidak jarang dia merugi. Puncaknya adalah saat usahanya berjalan 2 tahun, bencana gempa bumi melanda Yogyakarta. Kantor dan hampir seluruh peralatan cetaknya rusak total.

Bangkit dengan Satu Mug

Di tengah keputusasaan, Saptuari memacu diri harus tetap berjuang membangun kembali brandnya. Jika sejak awal hanya membuat produknya secara manual, dia mengubahnya dengan slogan ‘Bikin mug semau kamu atau bikin merchandise semau kamu’.

Ini yang menjadi titik balik Saptuari, banyak muda-mudi dari Yogyakarta yang memesan mug maupun kaos di Kedai Digital. Dan akhirnya pada 2007, Saptuari memenangkan Wirausaha Muda Mandiri pada tahun 2007.

Masyarakat semakin mengenal brand Kedai Digital. Produk-produk dari Kedai Digital pun tidak sembarangan. Bahkan Saptuari pernah membuat keramik yang dipakai jam dinding. Pada waktu itu masih belum ada keramik yang dipakai untuk jam dinding. Siapa sangka, kini Kedai Digital Saptuari sekarang sudah mempunyai cabang di 36 kota di Indonesia dengan 60 cabang.
 
Saptuari selalu bekerja dengan kreatifitas. Pada awal Kedai Digital beroperasi, dia hampir membuat desain pesanan sendiri bersama karyawannya.

Tawaran pesanan pribadi kemudian mulai berdatangan. Akhirnya Kedai Digital berusaha membuat desain yang seunik mungkin.

Tidak hanya Kedai Digital, Saptuari juga membuat Kedai Cutting. Kedai Cutting ini adalah percetakan khusus kaos, juga menerima hanya satu kaos saja.

Karyawan Saptuari yang sekarang berjumlah 110 orang ini hampir semuanya adalah anak muda. Dia menganggap anak muda mempunyai kreatifitas yang cukup tinggi. Dan pada tahun 2007, Saptuari membuka sistem waralaba untuk membuka cabang di kota-kota lain. (Nrm)

* Tulisan lengkap bisa dibaca di http://studentpreneur.co/

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya