Liputan6.com, Milan - Derby della Madonnina yang mempertemukan AC Milan dan Inter Milan di Liga Serie A Italia akan berlangsung dua hari lagi, tepatnya Senin (24/11/2014) pukul 02.45 WIB. Pertemuan dua tim sekota yang ke 213 kali ini akan menambah panjang sejarah derby terpanas di Italia, bahkan di dunia.
Dinamakan Derby della Madonnina atau dalam bahasa Italianya Ibu dari segala derby sebagai penghargaan terhadap salah satu landmark atau situs terkenal di kota Milano, yakni patung Bunda Maria di Piazza del Duomo, Katedral yang dibangun pada abad ke-14.
Patung Bunda Maria yang dipanggil masyarakat setempat dengan Madonnina tersebut berada di puncak Katedral. Itu sebabnya pemenang dalam derby ini diumpamakan akan menjadi penguasa kota.
Sejarah rivalitas Milan dan Inter telah tercipta sejak lama, yakni ketika beberapa pengurus klub Milan Cricket and Football Club memutuskan untuk mendirikan tim yang lebih terbuka pada pemain asing. Pada 16 Desember 1899, Alfred Edwards dibantu Herbert Kilpin yang menjadi kapten klub sepak bola mendirikan Milan Cricket and Football Club, yang kini dikenal sebagai Associazione Calcio Milan atau AC Milan.
Namun, selang beberapa tahun, tepatnya 9 Maret 1908, terjadi perselisihan soal dominasi pemain Italia dan Inggris di Milan yang menyebabkan sekumpulan orang Italia serta Swiss memisahkan diri untuk membentuk klub dengan lebih terbuka pada pemain asing. Maka, lahirlah Internazionale Milano yang didirikan oleh Giorgio Muggiani, Pietro Dell'Oro, dan Hintermann bersaudara.
Sejarah Nama Stadion
Tempat dilangsungkannya derby della Madonnina antara AC Milan dan Inter Milan adalah Stadion Giuseppe Meazza. Nama Guiseppe Meazza digunakan untuk menghormati jasa pemain yang pernah merumput di kedua klub, baik Milan maupun Inter.
Bagi suporter Nerazzurri (julukan Inter), mereka dengan bangga menyebut nama stadion tersebut karena sang legenda Giuseppe Meazza berjaya di Inter sejak 1927 hingga 1940. Sang pemain mencetak 241 gol dalam 248 penampilannya bersama La Beneamata.
Berbeda dengan para Milanisti (fans AC Milan) yang enggan menyebut stadion tersebut dengan nama yang sama mengingat Meazza kariernya meredup bersama Rossoneri. Meazza hanya dua tahun di Milan dengan 37 penampilan dan mencetak sembilan gol. Para suporter Milan pun lebih sering menyebutnya dengan nama Stadion San Siro.
Advertisement
Era Kejayaan
Persaingan AC Milan dan Inter Milan makin memanas karena keduanya melalui era kejayaannya di waktu yang sama. Era 1960 duo kota Milano itu merajai Liga Italia dan juga level internasional.
Pelatih Helenio Herrera (Inter) dan Nereo Rocco (Milan) merupakan dua allenatore yang mengembangkan taktik legendaris catenaccio, aslinya diciptakan pelatih asal Austria, Karl Rappan. Baik Milan maupun Inter, pada saat itu menjelma menjadi dua tim yang disegani di liga domestik maupun internasional.
Rocco memiliki "The Golden Boy" Gianni Rivera, Jose Altafini. dan Kurt Hamrin. Rossoneri meraih dua scudetto (1962, 1968) dan satu Coppa Italia (1967), dua titel European Cup (1963, 1969), satu Winners' Cup (1968) dan satu Piala Interkontinental (1969).
Sementara itu, Herrera membawa pulang tiga scudetto (1963, 1965, 1966), dua trofi European Cup (1964, 1965), dan dua Piala Interkontinental (1964,1965). Nerazzurri saat itu dimotori Luis Suarez, Sandro Mazzola, Jair da Costa, dan kuartet empat beknya yang terkenal dengan sebutan 'Il Mago': Giacinto Facchetti, Il Capitano legendaris Inter, Tarcisio Burgnich, Aristide Guarneri, dan Armando Picchi.
Baca Juga:
Singkirkan Unggulan Ketiga, Greysia/Nitya ke Semifinal