Bahaya Bila Ortu Membiarkan Begitu Saja Anak Pegang Gadget

Lahir di era 90-an ke bawah dan terpapar teknologi membuat generasi sekarang lebih akrab menggunakan "gadget" daripada orang tua mereka.

oleh Liputan6 diperbarui 21 Nov 2014, 15:30 WIB
Lahir di era 90-an ke bawah dan terpapar teknologi membuat generasi sekarang lebih akrab menggunakan "gadget" daripada orang tua mereka.

Liputan6.com, Jakarta Lahir di era 90-an ke bawah dan terpapar teknologi membuat generasi sekarang lebih akrab menggunakan "gadget" daripada orang tua mereka.

"Mereka disebut digital natives, sedangkan orang tua adalah digital immigrant," kata psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo

Kesenjangan antargenerasi kerap membuat orang tua cemas melihat perilaku putra-putri mereka yang kian akrab dengan dunia digital.

Apakah orang tua perlu membatasi penggunaan gadget bagi anak-anak mereka?

Menurut Vera, yang perlu dilakukan para orang tua adalah belajar untuk menerima kehadiran dunia digital di tengah anak-anak mereka sekaligus mencari cara terbaik untuk mengawasi dan membatasi penggunaan gadget dan internet di kalangan mereka.

Temuan UNICEF Indonesia yang dipublikasikan awal tahun 2014 dan melibatkan 400 anak di 11 provinsi menyebutkan 80 persen anak usia 10-19 tahun menggunakan internet setiap hari untuk mencari data dan informasi. Sebanyak 80 persen anak menggunakan gadget dan internet setiap hari.

Menurut Vera, melalui gadget dan internet, anak dapat berkomunikasi dang bersosialisi sekaligus mencari cara untuk mengembangkan bakatnya, misalnya mencari informasi tentang klub buku kesukannya dan berinteraksi dengan teman-temannya di klub tersebut.

Anak juga dapat mengembangkan bakatnya melalui media sosial, misalnya berkarya melalui foto lalu mengunggahnya ke situs berbagi foto Instagram.

Kemampuan berbahasa asing anak juga terasah melalui permainan digital yang juga mnegajarkan anak untuk teliti dan memecahkan masalah.

Tetapi, orang tua harus waspada dan bertindak ketika anak mulai menunjukkan tanda-tanda ketagihan pada gadget. Anak yang ketagihan gadget mulai menunjukkan kehilangan minat terhadap aktivitas lain dan merasa cemas bila tidak ada gadget atau internet.

Anak yang ketagihan gadget juga mudah emosi bila dipisahkan atau diajak bicara tentang pembatasan penggunaan gadget. Tanda lainnya adalah selalu bicara tentang gadget atau internet meski sedang tidak memegangnya.

Bila tidak ditangani, penggunaan gadget dan internet akan membawa dampak negatif seperti stress dan cyber-bullying. Vera menyontohkan permainan digital dapat menimbulkan residual neurogical effect, misalnya usai memaikan video game tetapi masih memikirkannya saat tidak bermain.

Orang tua harus benar-benar mempertimbangkan gadget yang diberikan kepada anak, misalnya fitur apa yang diperlukan dalam gadgetnya.

"Kalau gadget untuk memantau anak sudah sampai di mana, beri yang sesuai untuk itu," kata Vera.

Orang tua juga harus menetapkan aturan dan membuat kesepakatan sebelum gadget tersebut sampai ke tangan anak. Aturan tersebut dapat berupa antara lain kapan penggunaan gadget, berapa lama anak boleh memainkannya dan berapa jumlah pulsa yang akan dibelikan selama satu bulan.

Aturan itu sebaiknya juga dijalankan oleh semua anggota keluarga, termasuk orang tua.

Bila telah menyepakati aturan hanya boleh memainkan gadget hingga pukul 9 malam, kata Vera, orang tua juga harus memberi contoh dengan tidak lagi memegang gadgetnya selepas jam itu.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya