Liputan6.com, Jakarta- Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) non bersubsidi jenis Pertamax dari Rp 10.200 menjadi Rp 9.950 per liter membuat pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merugi.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) III Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Juan Tarigan mengungkapkan, kerugian itu disebabkan uang yang dikeluarkan pengusaha untuk membeli Pertamax Cs dari PT Pertamina (Persero) lebih besar daripada harga jual.
Para pengusaha SPBU membeli masih pada posisi harga lama yaitu Rp 10.200 per liter, sementara harga jual ke masyarakat diturunkan oleh Pertamina menjadi ke level Rp 9950.
"Ini merugikan. Kami nebus Rp 10.200 per liter. Tahu-tahu keluar pemberitahuan turun jadi Rp 9.950 per liter," kata Juan saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Minggu (23/11/2014).
Penurunan harga Pertamax yang dilakukan secara mendadak itu juga membuat untung yang dikantongi pengusaha dari penjualan BBM non subsidi itu menjadi berkurang.
"Di situ saja margin berkurang," ungkap Juan.
Namun menurut Juan, masyarakat kurang memahami kondisi yang diderita pengusaha SPBU karena terkesan mendapat untung.
"Kadang masyarakat tidak memahami, dinamika pihak pengusaha SPBU," pungkasnya. (Pew/Ndw)
Advertisement