Liputan6.com, Jakarta - Kecanduan game mobile menjadi 'penyakit' baru yang diidap oleh banyak penggguna smartphone maupun tablet. Mungkin awalnya banyak yang mengira jika efek dari kecanduan game mobile tidak akan seberbahaya kecanduan game online.
Akan tetapi fakta yang ada justru menunjukkan hal yang berbeda. Kecanduan game mobile sangatlah berbahaya! Setidaknya ungkapan itu diutarakan oleh Dave Smith, salah seorang jurnalis situs Business Insider yang juga mengaku bahwa dirinya telah kecanduan game mobile sejak tiga tahun lalu.
Menurut Smith, kecanduan game mobile dapat menjadi sangat berbahaya jika jenis game yang dimainkan adalah game 'freemium'. Ya, game berjenis freemium memang belakangan mengundang pro-kontra.
Bagaimana tidak? Game jenis ini bisa diunduh secara gratis oleh siapa pun dari toko aplikasi. Namun jika pengguna ingin mendapatkan konten-konten tertentu atau level lanjutan, maka pengguna diwajibkan untuk membayarkan (berlangganan) sejumlah uang.
Dengan kondisi tersebut maka tak sedikit orang yang merasa tertipu. Namun apa mau dikata? Jika sudah kadung penasaran dengan game yang dimainkan, maka berapa pun jumlah uang yang diminta pastinya diusahakan oleh pengguna.
Menguras Uang
Habiskan uang hingga ratusan juta rupiah
Beberapa contoh telah menunjukkan bagaimana sebuah game mobile freemium dapat mengacaukan hidup seseorang. Atau paling tidak membuat pundi-pundi keuangan pengguna menyusut habis. Bahayanya, kondisi ini sering kali tidak disadari pengguna yang sudah terlanjur ketagihan.
Seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun di Belgia contohnya. Belum lama ini ia dikabarkan menghabiskan uang puluhan ribu dollar untuk Game of War: Fire Age. Sebenarnya game tersebut gratis dimainkan karena masuk kategori free-to-play. Namun terdapat item-item tertentu yang harus dibeli dengan uang riil.
Menurut situs berita Belgia, Nieuwsblad, sang anak yang tidak disebutkan namanya itu membeli koin emas di dalam game menggunakan kartu kredit ibunya. Anak itu mendapatkan informasi kartu kredit ibunya saat sang ibu meminta bantuan ke anaknya untuk membelikan beberapa e-book secara online.
Menurut situs game IGN, anak tersebut telah menghabiskan sekitar US$ 46.000 (sekitar Rp 562 juta) melalui pembelian in-app purchases. Sang anak mengklaim bahwa dirinya tidak tahu kalau ia membeli koin emas dengan uang riil.
Contoh lain kecanduan game mobile belum lama ini juga terjadi pada publik figur. Vokalis grup band punk legendaris Sex Pistols, John Lydon, dilaporkan juga mengidap 'penyakit' kecandian game online.
Tak tanggung-tanggung, rockstar gaek ini mengaku bahwa dirinya telah merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah akibat kecanduannya pada game mobile.
"Saya menghabiskan 10 ribu poundsterling untuk membeli game di iPad dalam 2 tahun terakhir," ungkap John seperti yang dikutip dari laman Business Insider.
Advertisement
Membingungkan Pengguna
Berikan informasi yang jelas bagi pengguna
Game berjenis freemium memang kerap membingungkan pengguna. Apple dilaporkan kini telah mengganti label seluruh aplikasi 'Free' alias 'gratis' di toko aplikasi miliknya menjadi 'Get'.
Khusus untuk aplikasi-aplikasi gratis bersistem freemium, Apple secara khusus memberikan keterangan 'in-app purchase' agar pengguna tidak kebingungan.
Perubahan ini dilakukan oleh Apple karena banyaknya protes terhadap jenis aplikasi freemium. Banyak pengguna yang mengeluhkan merasa tertipu setelah mengunduh aplikasi berlabel 'Free', tetapi ketika bermain mereka diharuskan membayar untuk mendapatkan konten-konten tambahan.
Dengan diterapkannya sistem penamaan baru ini, Apple berharap tidak ada lagi pengguna yang merasa dirugikan, atau tertipu. (dhi/isk)