Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Rachmat Gobel membeberkan alasan mengapa harga cabai melambung tinggi. Bahkan di beberapa daerah, harga cabai tembus di atas Rp 75 ribu per kilogram (Kg).
Salah satu hal yang mempengaruhi harga cabai tinggi di pasaran adalah keengganan petani untuk kembali menanam cabai yang terjadi beberapa tahun ini.
Advertisement
"Penyebabnya selain karena harganya di pasaran murah, juga karena anomali cuaca yang merusak cabai. Petani merugi, akhirnya meninggalkan menanam cabai," papar Rahmat saat memberikan kata sambutan pada Rakernas ke-25 Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) di Sanur, Denpasar, Bali, Senin (24/11/2014).
Menurut dia, anomali cuaca yang terjadi sejak beberapa tahun belakangan ini berakibat menurunnya produksi cabai petani. Hal itu juga berimbas pada ketersediaan cabai secara nasional. Sementara itu, kebutuhan cabai terus meningkat.
Hal ini kemudian menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan produksi nasional, meski memasuki musim panen cabai. Itulah yang menurut Rahmat menyebabkan harga cabai melonjak drastis di pasaran.
Untuk menstabilkan kembali harga dan produksi cabai, Rachmat mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk menciptakan teknologi pertanian, khususnya tanaman cabai. Teknologi itu diciptakan untuk menjaga ketersediaan stok dan harga cabai agar tak terus meningkat.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk menciptakan teknologi mulai dari saat menanam sampai pasca-panen," kata Rahmat.
Ia optimistis jika teknologi tersebut dapat segera diterapkan, maka produksi cabai akan tetap stabil sesuai kebutuhan masyarakat. (Dewi D/Ahm)