Liputan6.com, Jakarta - Rania menghambur ke luar kelas pagi itu. Dengan langkah mantap, segera bahu seorang ibu disambarnya. Sejurus kemudian, tangan gadis 17 tahun itu sudah menari-nari di atas pundak sang ibu.
Rania tak sendirian. Dia bersama ratusan siswa SMAN 12 Surabaya, Jawa Timur ramai-ramai memberikan pijatan sayang pada bapak-ibu guru mereka. Memang bukan kado terindah di Hari Guru ini. Namun lewat pijatan itu, calon-calon penerus bangsa ini ingin menyampaikan rasa terima kasihnya.
"Kami hanya bisa memijati guru yang membimbing kami dengan harapan guru kami tidak bosan, dan terus bersedia membimbing kami hingga kami lulus kelak," kata Rania di sekolahnya, Surabaya, Jatim, Selasa (25/11/2014).
Dan di antara perhatian Rania serta teman-temannya tersebut, terselip harapan dari Musharofah, seorang guru bahasa Inggris. Dia berharap, dalam peringatan Hari Guru ke-21, ini kesejahteraan para guru di Indonesia makin terjamin.
"Pemerintah juga lebih memperhatikan nasib-nasib guru honorer," ujar Musharofah sambil menikmati pijatan murid-muridnya.
Doa guru-guru seperti Musharofah sebenarnya sudah bukan rahasia umum. Masih banyak guru-guru di pelosok Tanah Air yang kesejahteraannya belum terjamin. Padahal di tangan mereka, masa depan bangsa ini tercermin.
Advertisement
Seperti yang diungkapkan Anies Baswedan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah Anies Baswedan yang baru dilantik beberapa waktu lalu itu mengirimkan surat kepada para bapak dan ibu guru negeri ini.
Dia menyadari, masih banyak segudang pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah untuk membenahi pendidikan dan kesejahteraan para guru. Padahal, kata dia, tugas yang diemban para guru ini merupakan tanggung jawab yang besar bagi bangsa Indonesia ke depannya.
Jalan Terjal
Namun, sambung dia, di balik itu semua, menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan.
"Di pundak guru, pendidik dan tenaga kependidikan, ada wajah masa depan kita. Ibu dan Bapak guru telah memilih jalan terjal hingga anak-anak kita memiliki masa depan yang cemerlang."
Anies pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menaruh perhatian terhadap pendidikan. Dia mengatakan, pendidikan bukanlah semata-mata urusan negara, urusan pemerintah.
"Ya, secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab negara, tetapi secara moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik," kata sang menteri.
Sebagai menteri, Anies bukannya tak memiliki rencana. Untuk menuntaskan status kepegawaian guru di seluruh Indonesia, dia berniat membuat sebuah aturan gaji atau upah minimum bagi para guru.
"Gaji guru jangan sampai Rp 150 ribu, basa-basi itu, bukan gaji itu. Tenaga kerja saja punya upah minimum. Insya Allah ini bisa kita rubah bagi para guru," ucap Anies.
Pada akhir pidatonya, Anies berpesan kepada para guru yang hadir untuk lebih aktif terlibat dalam mendidik generasi penerus.
"Meskipun demikian, dibalik semua permasalahan yang ada, pendidikan harus tetap berjalan dengan baik. Selamat meneruskan pengabdian mulia, selamat menginspirasi, dan Selamat Hari Guru."
Semangat selalu, terima kasih Ibu dan Bapak Guru...