Liputan6.com, Jakarta: Badan Tim Nasional (BTN) PSSI mendapatkan banyak kritikan usai beruntunnya kegagalan yang didapatkan tim nasional (timnas) Indonesia di berbagai jenjang umur. Setelah timnas U-19 yang gagal maksimal di Piala Asia, kini giliran timnas senior yang terancam out lebih dini di Piala AFF 2014.
Menurut pengamat sepak bola nasional, Raja Parlindungan Pane, kritikan terhadap BTN sudah terlalu berlebihan dan salah sasaran.Pasalnya, BTN telah melakukan semua hal yang dibutuhkan oleh tim, jajaran pelatih, ofisial, bahkan seluruh jajaran pemain Timnas Indonesia.
"Karena tugas pokok BTN sudah dilaksanakan dengan baik, tidak ada yang dilewatkan oleh BTN. Semua program dijalankan, lantas untuk apa menyalahkan BTN, jadi sudah tidak perlu lagi ada saling menyalahkan, karena dimanapun juga namanya di lapangan yang bertanggung jawab adalah pelatih," ujar pria yang juga pernah menjadi Ketua Serikat Wartawan Seluruh Indonesia (SIWO) Pusat itu.
Seperti diketahui, tugas BTN adalah memfasilitasi Timnas, mulai dari Persiapan pembentukan official sampai pemusatan latihan, ujicoba dan hari pelaksanaan dari event yang diikuti Timnas berbagai kelompok umur.
"Selain itu, BTN juga sudah melakukan pekerjaan dalam memutuskan menentukan pelatih, BTN menyiapkan forum fit and proper test terhadap calon-calon pelatih, dimana pemilihnya adalah panelis dari komite teknik PSSI dan beberapa pelatih senior di Indonesia. Jadi saya rasa, semua hal itu sudah dilakukan," ujarnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya----->
Siapkan Tim Pendukung
BTN, dilanjutkan Raja, bahkan menyiapkan perangkat pendukung untuk tim nasional yaitu divisi High Performance Unit (HPU). Tim ini berfungsi untuk analis lawan, statistik pertandingan, hingga kelengkapan data dan video calon lawan.
Selain itu, BTN memastikan semua pemain yang cedera akibat TC Timnas dipulihkan atau disembuhkan. Sehingga kembali ke klub seperti ketika datang ke TC.
" Selain itu, BTN juga tidak pernah terlibat secara teknikal dalam menentukan pemain atau pola latihan dan skema bermain yang disusun pelatih. Karena itu hak prerogatif pelatih, jadi bukan hal yang mudah mengelola Timnas," lanjut wartawan senior itu.
Raja menambahkan, BTN gagal apabila timnas tidak bisa menggelar pemusatan latihan karena tidak ada sarananya, atau tidak bisa menyiapkan fasilitas penunjang TC, seperti hotel, konsumsi dan perlengkapan.
" BTN gagal apabila Timnas tidak bisa berangkat ke ajang (event) yang diikuti, karena tidak mendapatkan penerbangan atau sarana transportasi. Atau tim tidak terurus di lokasi event," jelasnya.
Advertisement