Liputan6.com, Jakarta - Meski laju inflasi November 2014 tembus 1,5 persen yang lebih tinggi dari inflasi Oktober di kisaran 0,47 persen, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu berada di zona hijau.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin (1/12/2014), IHSG naik tipis 6,2 poin (0,12 persen) ke level 5.156,09. Indeks saham LQ45 naik tipis 0,17 persen ke level 887,83. Sebagian besar indeks saham acuan menguat pada hari ini.
Advertisement
Sejak awal perdagangan saham, IHSG memang menguat tipis. IHSG naik ke level 5.150,38. Akan tetapi penguatannya tak berlangsung lama. Selama sesi pertama perdagangan saham hari ini, IHSG berada di level tertinggi 5.159,23 dan terendah 5.134,75.
Penguatan indeks saham ditopang oleh 121 saham yang berada di zona hijau. Namun, penguatan IHSG terbatas karena 154 saham melemah. Sedangkan 73 saham lainnya diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 125.304 kali dengan volume perdagangan saham 3,68 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,8 triliun.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau dan melemah. Penguatan IHSG ditopang dari sektor saham industri dasar naik 1,43 persen dan sektor saham konstruksi mendaki 1,3 persen.
Sedangkan sektor saham yang tertekan yaitu sektor saham pertambangan melemah 1,9 persen dan sektor saham perkebunan tergelincir 1,76 persen.
IHSG juga dapat berbalik arah ditopang dari aksi beli investor asing. Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 47 miliar.
Selama sesi pertama ini, saham-saham yang menguat dan menggerakkan indeks saham antara lain saham GIAA naik 10,2 persen ke level Rp 540 per saham, saham ISAT mendaki 9,03 persen ke level Rp 3.805 per saham, dan saham WSKT menguat 5,26 persen ke level Rp 1.100 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham TRAM turun 24,85 persen ke level Rp 248 per saham, saham BUMI melemah 9,2 persen ke level Rp 79 per saham, dan saham ELSA tergelincir 3,73 persen ke level Rp 645 per saham.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada November 2014 menembus 1,5 persen, atau lebih tinggi dari bulan Oktober sebesar 0,47 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,14.
Dia menyebutkan adapun tingkat inflasi tahun kalender (Januari–November 2014) sebesar 5,75 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2014 terhadap November 2013) sebesar 6,23 persen.
Analis PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menuturkan, rilis inflasi November 2014 di atas harapan. Sebelumnya inflasi November 2014 diperkirakan sekitar 1,3 persen-1,49 persen. Meski demikian, inflasi ini di bawah perkirakaan secara Year on Year (YoY) di kisaran 7,73 persen-8,05 persen. "Adapun IHSG menghijau karena inflasi sudah diantisipasi pelaku pasar," kaat Reza. (Ahm/)