Ahok dan Gubernur Tandingan ala FPI

Tak hanya membentuk Presidium, FPI juga melantik anggotanya Fahrurozi Ishaq sebagai gubernur DKI Jakarta tandingan.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 02 Des 2014, 00:45 WIB
Tak hanya membentuk Presidium, FPI juga melantik anggotanya Fahrurozi Ishaq sebagai gubernur DKI Jakarta tandingan.

Liputan6.com, Jakarta - Demonstrasi Front Pembela Islam (FPI) hari ini berlangsung tak seperti biasanya. Dalam demo kali ini, massa FPI yang dipimpin langsung ketua tertinggi mereka, Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab, berdemonstrasi menentang Ahok sambil membawa boneka yang menyerupai gubernur DKI Jakarta itu.

Menggunakan kemeja putih, celana panjang krem dan dasi, boneka yang di bagian kepalanya dipasang gambar Ahok itu digantung di sebuah kayu di mobil komando.

Seperti demo-demo sebelumnya, unjuk rasa hari ini, Senin (1/12/2014), memang untuk menentang Ahok. Tapi temanya tak lagi menentang pengangkatan Ahok, melainkan melengserkan Ahok dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Massa FPI yang bergabung dengan beberapa ormas lainnya yang disebut Gerakan Massa Jakarta (GMJ), memulai unjuk rasa dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan berjalan menuju depan Gedung DPRD DKI, kemudian bergerak ke depan Balaikota yang merupakan kantor Ahok.

Pimpinan FPI Muhammad Rizieq terlihat antusias dalam demo tersebut. Dia mengambil mikrofon di mobil komando dan langsung meneriakkan agar massa berkumpul untuk melengserkan Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok, dari jabatannya.

"Kita siap lengserkan Ahok, gua nggak mau tahu, Ahok harus turun," ujar Rizieq di depan Gedung DPRD DKI. Dalam aksinya, Rizieq didampingi Fahrurozi yang digadang-gadang sebagai gubernur tandingan. Saat berorasi, Rizieq menyatakan membuat Presidium Penyelamat Jakarta.

"Hari ini kita adakan rapat akbar Jakarta. Mari kita sukseskan musyawarah umat Islam. Kami ingin ibukota berada di situasi yang tidak berbahaya. Kita tidak ingin murka Allah, karena itu kita tidak menyia-nyiakan maka kita membentuk Presidium Penyelamat Ibukota Jakarta," kata Rizieq.

Sebagai Ketua Presidium Penyelamat Ibukota Jakarta, FPI menunjuk Ketua Umum Front Betawi Rempug (FPR) Munawi Asli. Sejumlah nama seperti Rhoma Irama, Fahrurozi, dan tokoh Islam dan Betawi lainnya diklaim masuk menjadi anggota Presidium.

Tak hanya membentuk Presidium, FPI dan GMJ dalam aksi itu juga melantik anggota FPI Fahrurozi Ishaq sebagai gubernur DKI Jakarta tandingan.

"Dalam waktu 5 menit, dengan ini menimbang dan memutuskan, mulai hari ini di hati kita, punya gubernur rakyat Kiai Haji Fahrurozi Ishaq. Jadi Ahok buang saja ke bak sampah. Ditetapkan 1 Desember 2014, Senin, jam 11.05 di depan Gedung DPRD. Tertanda seluruh anggota Presidium," ujar Ketua Presidium Penyelamat Jakarta Munawi di depan Gedung DPRD Jakarta.

Sebagai gubernur tandingan, Fahrurozi dalam pidato pelantikannya mengatakan, akan terus berusaha agar Ahok turun dari jabatannya.

"Atas amanah ini, saya meminta kepada seluruh DPRD DKI Jakarta menerima keinginan masyarakat Jakarta, aspirasi diteruskan, saya minta seluruh anggota DPRD gunakan hak interpelasi, hak angket secepatnya untuk menurunkan Ahok," kata dia.

Di tempat yang sama, Rizieq bin Hussein mengajak masyarakat menolak kehadiran Ahok jika blusukan.

"Jika ada gubernur palsu datang ke kampung-kampung, kita timpukin telor busuk. Tolak gubernur palsu, gubernur kita itu Bang Rozi. Bikin stiker Bang Rozi gubernur kita bukan Ahok," seru Rizieq.

Dalam aksinya, pria yang kerap disapa Habib Rizieq ini mengimbau massa agar segera masuk ke Balaikota mengantarkan Fahrurozi.

"Ada instruksi dari Gubernur Fahrurozi, kita akan masuk ke dalam Balaikota. Ini juga boneka Ahok yang digantung sudah bau, jadi kita bakar, tapi nanti di Balaikota," kata Rizieq.

Beda Ahok Beda Taufik

Massa FPI Kembali Demo Tolak Ahok di Balaikota - Liputan6.com


Didemo sedemikian rupa tak membuat mantan bupati Belitung Timur itu kewalahan ataupun khawatir. Dengan santai Ahok malah mengatakan, "nggak apa-apalah. Ngapain tandingan? Nggak fair-lah. Kenapa bukan Tuhan (dijadikan) tandingan sekalian," ujar Ahok di Balaikota, Jakarta.

Ahok juga enggan berkomentar saat dimintai komentarnya bila massa FPI dan GMJ berbuat ulah lagi, seperti yang terjadi pada demonstrasi 3 Oktober lalu. "Tidak usah komentarlah (soal demo FPI)," ucap Ahok.

Di depan Gedung Balaikota, massa FPI dan GMJ terus berorasi menentang Ahok sebagai gubernur sah DKI Jakarta. Kebencian terhadap Ahok terus dikumandangkan pimpinan mereka. Suasana semakin panas ketika Rizieq bin Hussein Shihab mengatakan akan membakar patung Ahok.

"Ini sudah digantung sejak semalam. Baunya sudah ke mana-mana, maka karena itu kita akan bakar. Gua nggak mau tahu, Ahok harus turun," kata Rizieq.

Sebelum memberi komando untuk membakar boneka Ahok, Rizieq memimpin massa menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian, boneka Ahok yang tergantung di mobil komando diturunkan. Patung tersebut ditusuk-tusuk hingga mengeluarkan cairan berwarna merah layaknya darah.

"Biarkan darahnya keluar, darahnya muncrat, darah kafir. Ganyang kafir asing, ganyang kafir asing," teriak Rizieq. Suasana yang terus memanas membuat massa membakar patung tersebut meski tanpa komando. Tak lama, api kemudian dipadamkan.

Gubernur tandingan Fahrurozi kemudian menyerukan agar DPRD Jakarta segera menggelar sidang melengserkan Ahok. "Saya tahu di sana banyak anggota DPRD yang tidak ingin Ahok jadi Gubernur. Karena itu segera bentuk sidang untuk melengserkan Ahok," kata dia.

Terkait aksi ini, Wakil Ketua DPRD M Taufik mengatakan, aksi yang dilakukan FPI merupakan hak publik dalam menyampaikan aspirasi. "Itu hak masyarakat, tidak boleh larang. Hak publik itu untuk menyampaikan aspirasi," ujar Taufik saat dihubungi Liputan6.com.

Soal permintaan hak interpelasi, Taufik mengatakan pihaknya sudah terlebih dulu mengajukan hal itu. Namun, kata dia, interpelasi itu bukan untuk pemakzulan Ahok sebagai gubernur.

"Kita sudah mengajukan hak interpelasi. Tapi terhadap kebijakan, salah satunya soal penyerapan anggaran. Secara sudah memenuhi syarat, tinggal diajukan saja. Soal itu (status gubernur Ahok), Insya Allah kita tinggal bawa ke PTUN," jelas Taufik.

Di kesempatan yang sama, anggota DPRD dari fraksi PDIP Merry Hotma menilai, pembentukan gubernur tandingan itu di luar undang-undang. "Itukan tidak diatur di UU. Saya sangat yakin di DPRD nggak ada hal itu (mengajukan hak interpelasi pemakzulan Ahok). Teman-teman di DPRD kan juga paham aturan atau UU itu," jelas dia.

Perseteruan antara Ahok dan FPI berlangsung sejak Ahok dicalonkan sebagai wakil gubernur, mendampingi calon gubernur Joko Widodo atau Jokowi pada pilkada DKI 2012 lalu. Setelah pasangan Jokowi-Ahok  terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur, perseteruan keduanya sempat mereda.

Perseteruan Ahok dan FPI kembali memanas setelah Jokowi dilantik menjadi presiden pada 20 Oktober lalu. Pelantikan Jokowi ini membuat Ahok otomatis menggantikan posisi Jokowi sebagai gubernur Jakarta. Tapi hal ini langsung ditentang FPI. Meski ada aturan yang menyebutkan wakil gubernur akan menggantikan posisi gubernur bila kursi itu ditinggalkan sang gubernur, tapi FPI kekeuh menolak pengangkatan Ahok sebagai gubernur.

Penolakan dilakukan dengan menggelar unjuk rasa satu kali seminggu. Belakangan demo FPI didukung ormas lainnya, GMJ. Awal-awal demo berlangsung damai, meski berdampak pada kemacetan lalu lintas di sekitar lokasi demo.

Pada demo 3 Oktober lalu, demo berujung ricuh. Massa FPI melempari petugas yang berjaga dengan batu dan bambu. Aksi ini membuat beberapa petugas terluka dan berujung pada ditangkapnya koordinator aksi Habib Novel.

Berkas perkara aksi anarkis itu saat ini sudah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan atau P21. Dalam kasus ini, seluruh tersangka berjumlah 21 orang termasuk Habib Novel dan 4 anak-anak.

Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, seluruh tersangka terancam Pasal 170 dan 214 KUHP. Sedangkan untuk 4 tersangka yang masih di bawah umur, sedang dikaji pasal yang tepat untuk diterapkan pada mereka. "Untuk hukumannya, di atas 5 tahun penjara," tutup Rikwanto.

Dalam aksi yang berlangsung Senin 1 Desember 2014, suasana sempat memanas ketika massa memaksa masuk ke Balaikota untuk menduduki kantor gubernur. Beruntung, aksi tidak berunjung anarkis. Tepat pukul 13.00 WIB, massa membubarkan diri setelah diperintahkan segera meninggalkan lokasi aksi dengan tertib. (Sun/Ans)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya