Liputan6.com, Nusa Dua - Airlangga Hartarto mundur dari pencalonan Ketua Umum Golkar. Alasannya antara lain pandangan daerah yang mengevaluasi terhadap LPJ Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie atau Ical diganti menjadi pandangan menjalankan proses demokrasi.
Airlangga mengatakan mencoba agar tatib itu dibahas satu per satu, namun pimpinan sidang memaksakan hal lain dan langsung diketok.
"Pembahasan tatib di putaran pertama, 30% dukungan. Tapi dalam tatib diubah jadi surat dukungan, yang harus ditandatangani pada periode munas (musyawarah nasional). Sedangkan mengenai dukung-mendukung ini belum dipublikasikan," papar Airlangga Hartarto dalam keterangan pers di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Senin (1/12/2014) malam
Airlangga menjelaskan, seharusnya panitia mempublikasikan pernyataan calon. Ia pun mengaku mendapat 250 surat dukungan atau 40 persen. Lalu, dirinya diminta membuat surat baru, surat yang di luar munas dianggap tak berlaku.
"Saya sendiri tidak takut untuk bersaing dalam pencalonan ketum. Saya berproses secara konstitusi. Tapi bersaing secara demokratis sudah ditutup, tentunya nggak ada lagi kesempatan untuk saya," pungkas Airlangga Hartarto.
Muncul Partai Baru?
Sementara, pengamat politik Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito memandang, perpecahan dalam tubuh partai berlambang pohon beringin memungkinkan terbentuknya partai 'sempalan' baru sebagai konsekuensi dari ketidakpuasan faksi yang ada.
"Misal pun akan terbentuk partai baru, saya kira itu konsekuensi logis dari demokrasi," kata Arie di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, hingga saat ini Munas Golkar telah 4 kali memunculkan partai sempalan, yakni Partai Hanura, Partai Gerindra, Partai Nasdem, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Perpecahan itu bukan hanya merugikan kelompok dalam partai itu, melainkan seluruh komponen partai akan terus merugi. "Padahal Partai Golkar seharusnya mampu mengelola konflik," ujar Arie.
Dia menambahkan, perpecahan yang berkesinambungan membuat Partai Golkar itu akan terus-menerus kekurangan figur. Apabila fenomena itu terus menerus terjadi, Arie menduga telah terjadi kesalahan dalam pembentukan partai politik di Indonesia sejak awal. Alasannya, partai tidak lagi terbentuk dari inisiatif rakyat, melainkan pecahan dari elite partai yang akhirnya membentuk struktur ke bawah. (Ant/Ans)
HEADLINE HARI INI
Geger Harvey Moeis dan Sandra Dewi Terdaftar BPJS Kesehatan Fakir Miskin, Kok Bisa?
Ini Alasan Airlangga Hartarto Mundur Sebagai Caketum Golkar
Antara lain pandangan daerah yang mengevaluasi terhadap LPJ Ketum Golkar Aburizal Bakrie diganti menjadi pandangan menjalankan proses demok
diperbarui 02 Des 2014, 01:09 WIBAburizal Bakrie dan Airlangga Hartarto. (Antara)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Fungsi Humas, Miliki Peran Krusial dalam Komunikasi Organisasi
Fungsi Water Pump Mobil, Komponen Penting Sistem Pendingin
Link Live Streaming Piala Super Italia Inter Milan vs Atalanta, Jumat 3 Januari 2025 Pukul 02.00 WIB di Vidio
32 Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Tasikmalaya Sepanjang 2024
Prabowo Terima IHPS I Tahun 2024 dari BPK RI
Hunian Dekat TransJakarta dan LRT Kian Diminati di Jakarta, Ini Buktinya
Saksikan Siaran Langsung di Vidio dan Moji TV, Ini Jadwal Proliga 2025
Pertemukan 12 Klub Voli, PLN Mobile Proliga 2025 Dibuka di Semarang
Sentilan Pedas Gus Baha, Beda Kiai Dulu dengan Ustadz Zaman Now
Gaji Belum Dibayar, Sejumlah Dosen Universitas Bandung Sempat Mogok: Bagaimana Nasib Mahasiswa?
Setelah Koma 6 Hari di Rumah Sakit, Santri Korban Pengeroyokan di Banyuwangi Meninggal Dunia
Penembakan di Rest Area Tol Tangerang-Merak, Polisi Duga Pelaku Bukan Penyewa Mobil