Liputan6.com, New York Sejak berusia lima tahun, Benjamin Yonattan (13) sudah menyukai aktivitas menari. Hal tersebut ia tekuni hingga ia menjadi penari balet. Sayangnya beberapa saat yang lalu ia merasakan ada yang aneh ketika saat menari ia mulai menabrak orang.
Ternyata, satu tahun lalu remaja asal Michigan ini mengalami retinal dystrophy sehingga membuat aktivitas menarinya terganggu. Dunianya langsung tertutup. Yonattan memiliki keterbatasan penghlihatan periferal dan sama sekali tidak bisa melihat di malam hari.
Advertisement
Keadaan ini berdampak pada aktivitas menari. Meskipun penglihatannya terbatas, ia tak mau membatasi latihan menari.
Beruntungnya Yonattan pernah mengambil foto lewat iPhone sang ibu, ternyata penglihatannya membaik. Lalu, tak lama perangkat yang mudah digunakan Google Glass keluar.
Keluarga pun mengumpulkan dan untuk membeli perangkat mahal ini. Dengan menggunakan Google Glass mampu memperluas dan memperjelas penglihatan Yonattan. Bahkan dokter yang menangani remaja ini menyatakan penglihatannya meningkat 70 persen.
Dengan adanya Google Glass membuat aktivitas menarinya menjadi lebih lancar. Mimpinya sebagai koreografer akan terwujud dan berharap menjadi orang buta pertama yang mendapatkan gelar tari.
"Selama ini menari yang membuat saya bahagia. Saya harus percaya pada diri sendiri dan jangan berhenti," terang Yonattan seperi dilansir laman NY Daily News pada Selasa (2/12/2014).