Peringati Hari Disabilitas, Para Difabel Bagikan 1.000 Bunga

Pengurus SHG Solo Juara, Sri Sudarti, mengatakan bunga yang dibagikan merupakan hasil kreasi penyandang difabel.Mereka ingin mengubah stigma

oleh Fajar Abrori diperbarui 03 Des 2014, 13:20 WIB
Pengurus SHG Solo Juara, Sri Sudarti, mengatakan bunga yang dibagikan merupakan hasil kreasi penyandang difabel.Mereka ingin mengubah stigma

Liputan6.com, Solo - Memperingati Hari Disabilitas Internasional atau Hari Penyandang Cacat Sedunia yang jatuh pada hari ini, kalangan penyandang difabel atau penyandang cacat di Solo, Jawa Tengah, membagikan 1.000 bunga kepada warga.

Pantauan Liputan6.com, para penyandang difabel yang tergabung dalam Self Help Group (SHG) menggelar aksi bagi-bagi bunga di lampu lalu lintas depan Stadion Sriwedari Solo. Mereka membagikan bunga kepada pengguna jalan saat lampu lalu lintas berwarna merah.

Untuk meramaikan peringatan Hari Disabilitas Sedunia itu, para penyandang cacat yang bertugas membagikan bunga mengenakan busana adat Jawa, yakni beskap untuk laki-laki dan kebaya untuk perempuan. Tak ayal, aksi simpatik tersebut menjadi pusat perhatian para pengguna jalan yang sedang melintasi kawasan depan Stadion Sriwedari Solo.

Salah satu pengurus SHG Solo Juara, Sri Sudarti, mengatakan aksi bagi-bagi bunga ini merupakan rangkaian dari kegiatan peringatan Hari Disabilias Internasional yang bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kaum difabel juga bisa berbagi.

"Kita ingin menghapus stigma bahwa kita tidak minta-minta di jalan, namun kamu juga bisa berbagi. Seperti yang kami lakukan saat ini, membagikan 1000 bunga kepada masyarakat," ujar Sri di Solo, Rabu (3/12/2014).

Dia mengungkapkan, bunga yang dibagikan merupakan hasil kreasi penyandang cacat. Bunga-bunga tersebut memang dibuat khusus untuk dibagikan pada Hari Disabilitas Internasional ini. "Pembagian bunga ini hanya dilakukan di satu titik, yakni depan Stadion Sriwedari Solo," jelas Sri.

Pada Hari Disabilitas Sedunia ini, Sri mengatakan, kalangan penyandang difabel ingin menunjukkan bahwa mereka bisa mandiri dan tidak perlu dikasihani. Mereka ingin mengubah stigma negatif yang selama ini sering ditujukan untuk mereka. "Difabel itu produktif, kreatif dan inovatif," tegas Sri. (Sun/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya